Selasa 06 Jan 2015 02:46 WIB

Ikan di Waduk Jatiluhur Terancam Kematian Massal

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Erik Purnama Putra
Keramba Apung, Waduk Jatiluhur, Kamis (16/5).
Foto: Republika
Keramba Apung, Waduk Jatiluhur, Kamis (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan hasil pengamatan kondisi lingkungan di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur, Karawang terdapat indikasi penurunan kualitas perairan. Apabila cuaca seperti itu terus menerus terjadi, dapat menyebabkan semakin memburuknya kualitas air. Sehingga, dapat membawa akibat buruk, yaitu kematian massal ikan.

Menyikapi itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP)memberikan peringatan dini (early warning) kepada masyarakat untuk pencegahan terjadinya kematian massal ikan.

“Buruknya cuaca memicu terjadinya kematian massal secara menyeluruh di perairan Waduk Ir H Juanda Jatiluhur,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP, Achmad Poernomo, di Jakarta, Senin (5/1).

"Oleh karena itu, kita menginformasikan kepada para pembudidaya KJA di Waduk Ir H Djuanda agar dapat mengambil langkah-langkah antisipasi untuk pencegahan terjadinya kematian massal ikan dan rencana mitigasinya," tambahnya.

Achmad mengaku, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah antisipatif. Ketujuh langkah itu, yakni mensosialisasikan kepada pembudidaya perihal tanda-tanda akan terjadinya kematian massal ikan seperti, kondisi cuaca mendung, tidak ada cahaya matahari, dan ikan mulai sering muncul kepermukaan untuk mengambil oksigen.

Kedua dengan mengurangi jumlah KJA yang beroperasi atau mengurangi kepadatan ikan yang dipelihara. “Sebab jumlah total ikan yang dipelihara harus berada di bawah daya dukung perairan,” ujarnya.

Langkah ketiga, segera memanen ikan yang ukurannya mendekati ukuran konsumsi untuk menekan dampak kerugian yang akan timbul. Selanjutnya, memilih jenis ikan yang lebih toleran terhadap kadar oksigen yang rendah, seperti komoditas ikan patin.

Cara keempat dengan melakukan aerasi di KJA yang dilakukan hanya sementara waktu. Kelima melakukan penebaran ikan pemakan plankton misalnya bandeng untuk mengendalikan blooming alga. Dan keenam terakhir, penyiapan teknologi pemanfaatan Ikan dan Limbah Ikan sebagai upaya mitigasi pasca kematian massal ikan.

Selain itu, Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) terus melakukan monitoring kualitas perairan waduk Ir H Djuanda secara regular.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement