REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar menguatnya perekonomian di Amerika Serikat menjadi peluang dalam membangkitkan sektor pertanian nasional.
Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor sekaligus Direktur Komersial dan Bisnis Bank Mandiri Sunarso menuturkan, peluang diperoleh dari keuntungan ekspor industri pertanian. Sehingga berpotensi membuat neraca pembayaran Indonesia surplus.
"Jadi tidak perlu khawatir, meski tetap harus berhati-hati karena isu the Fed yang berencana menaikkan suku bunga tiga persen yang akan memengaruhi likuiditas yang akan terjadi para kuartal II 2015," kata dia belum lama ini.
Penguatan ekonomi AS, kata dia, disebabkan bank sentral atau the Fed menarik kembali mata uangnya dari berbagai negara. Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan negara di Uni Eropa, Jepang dan Cina yang justru mengalami pelambatan ekonomi.
Hal tersebut tampak dari harga komoditas yang stagnan karena melemahnya harga minyak dunia hingga ke level 57,3 dolar AS per barel.
Pada intinya, lanjut dia, berkaca dari berbagai krisis ekonomi global, pertanian selalu bisa menyelamatkan neraca perdagangan Indonesia. Sehingga, 2015 harusnya menjadi momentum pemerintah untuk mengembangkan industri pertanian yang neraca perdagangannya selalu surplus ke negara Paman Sam tersebut.
Karena daya beli AS otomatis akan meningkat seiring menguatnya perekonomian mereka. Indonesia disebut harus memanfaatkan peluang tersebut sebaik mungkin dengan terus mempercepat pembangunan infrastruktur.
Selain itu, financing support berupa likuiditas penting untuk memobilisasi dana masyarakat. "Kebijakan devisa hasil ekspor juga harus siap," ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga harus menekan impor dengan cara menyeleksi komoditas yang betul-betul dibutuhkan rakyat namun tidak dapat memenuhinya secara mandiri. Sementara untuk jangka panjang, pemerintah harus serius soal perbaikan struktur ekonomi menjadi pengembangan industri berbasis pertanian dan natural resources lainnya.