REPUBLIKA.CO.ID, KOJA -- Masyarakat tak yakin penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan diikuti dengan turunnya biaya hidup.
Nurmila (27) salah seorang karyawati buruh yang bekerja di wilayah Cakung menyambut baik dengan kebijakan pemerintah tersebut. Sebab, Kata Mila, kebijakan yang lalu menuntut biaya hidupnya semakin mahal terutama bagi para buruh dan karyawan.
Mila berharap meski pemerintah menurunkan harga BBM standar upah buruh harus tetap mengikuti Upah Minimum Regional (UMR). "Kalau BBM turun upah pekerja jangan diturunkan. Sebab UMR belum cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Waktu harga BBM Naik kemarin, mau enggak mau harus saya terima karena UMR para pekerja tidak disesuaikan. Belum tentu harga kebutuhan turun setelah harga BBM diturunkan,"katanya.
Jamaludin (31) pemilih salah rumah makan di Kelurahan Rawa Badak Utara, ia pernah berupaya agar warung makannya tidak terkena imbas kenaikan bbm. Jamal mengkhawatifkan turunnya harga BBM tidak berpengaruh pada kebutuhanya. "Saya takut kalau BBM turun, harga sembako ga ikut turun. Tapi anehnya setiap baru //ngedenger// BBM mau naik aja harga langsung naik," kata dia.