REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Masyrakat Kota Denpasar menanggapi dingin kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), baik solar maupun premium.
Mereka benilai, kebijakan itu tidak ada pengaruhnya terhadap kenaikan harga-harga yang sudah melambung, terutama ongkos angkutan umum.
"Ada apa diturunkan. Apa perusahaan angkutan umum berkenan menurunkan tarif mereka," kata Abdul Latif.
Warga Surabaya yang berlibur ke Bali itu mengatakan, sejak pemerintah menaikkan BBM bulan lalu, tarif angkutan bus jurusan Surabaya-Denpasar sudah naik jadi Rp 150.000 dari sebelumnya Rp 125.000. Sedangkan pada liburan tahun baru, tarif sudah naik lagi jadi Rp 200.000.
"Kalau BBM turun, apakah tarif angkutan jadi turun. Mana mungkin," katanya.
Warga lainnya, Wiryadana mengatakan, kenaikan BBM sebelumnya sudah memicu kenaikan sejumlah harga. Ongkos penyeberangan di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk juga naik dari Rp 135.000 untuk kendaraan pribadi jadi Rp 150.000.
Karenanya, kata Wirya yang kerap melakukan perjalananan bersama keluarga ke Lumajang, Jawa Timur, dia merasakan bahwa kebijakan menurunkan harga BBM sekarang ini, tidak bisa mengembalikan keadaan sebelumnya.
"Kalau mereka yang mmbawa mobil sendiri, memang bisa menghemat di biaya BBM saja. Tapi harga-harga kan sudah naik," katanya.
Penjual BBM eceran, M Hamim mengatakan, dia sudah mengetahui sebelumnya kalau harga BBM akan turun, sehingga dua hari sebelumnya dia sudah menjual bensin.
Dikatakannya, dia takut menyimpan bensin, karena khawatir terjadi penurunan harga, sementara bila stok bensinnya belum habis terjual, dia akan merugi.
"Sementara saya tidak jualan, kebetulan juga kan masih tahun baru," kata Hamim.