Senin 29 Dec 2014 11:34 WIB

Terlalu Bergantung pada SBY, Demokrat Krisis Kader

Rep: C89/ Red: Erik Purnama Putra
 Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi istri Ani Yudhoyono usai menghadiri Rapat Konsolidasi DPD Partai Demokrat DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (28/11). (Antara/Wahidin)
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi istri Ani Yudhoyono usai menghadiri Rapat Konsolidasi DPD Partai Demokrat DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (28/11). (Antara/Wahidin)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Indonesian Public Istitute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, keinginan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maju sebagai kandidat ketua umum dalam kongres Partai Demokrat 2015 menunjukkan sistem kaderisasi tidak berjalan efektif. Akibatnya, menurut dia, saat ini terjadi krisis figur di internal Partai Demokrat.

"Maka tak heran, bila Demokrat masih mangandalkan figur SBY," kata Karyono, saat dihubungi wartawan, Senin (29/12).

Dia menyatakan, hanya SBY satu-satunya figur yang menjadi harapan untuk memimpin Demokrat di tengah persaingan yang ketat dengan partai besar seperti PDI Perjuangan, Golkar dan Gerindra. Hal itu dikarenakan, sejak awal berdirinya partai berlambang bintang segi tiga mercy ini memang terlihat lebih menonjolkan figur SBY.

Sejak pertama keikutsertaannya menjadi peserta pemilu 2004 hingga pemilu 2014 lalu pun partai ini masih mengandalkan popularitas presiden ke enam RI itu. Meskipun tingkat kepercayaan publik terhadap SBY sudah merosot.

"Walhasil, suara Demokrat melorot tajam pada pemilu 2014," ujarnya.

Kariono mengungkapkan, karena Demokrat mengalami krisis figur, maka SBY memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi ketua umum lagi di Kongres 2015 mendatang. Sudah bisa diprediksi, bila SBY maju sebagai calon Ketua Umum, maka bisa terpilih secara aklamasi.

Keadaan itu, menurutnya, akan membentuk persepsi publik bahwa Demokrat adalah partainya keluarga SBY. Pasalnya, publik sudah semakin sadar, selama ini hanya partai Demokrat lah yang dinilai paling mencolok, kental dengan politik dinasti, dimana bapak dan anak menjabat ketua umum dan sekretaris jenderal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement