Selasa 23 Dec 2014 18:35 WIB

Penghentian Impor Premium, Jalan Masuknya Mafia Baru

Rep: C81/ Red: Joko Sadewo
Pom bensin Pertamina
Foto: Youtube
Pom bensin Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Anggota Komisi VII DPR Kurtubi, menanggap penghentian Impor RON 88 atau Premium, justru bisa menimbulkan mafia-mafia minyak yang baru. Menurutnya, Impor RON 92 atau Pertamax dalam jumlah besar, akan membuka peluang masuknya mafia baru.

Kurtubi mengatakan, dirinya khawatir jika pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan impor premium dan mengimpor pertamax sebagai gantinya. Hal itu, menurutnya akan membuat Indonesia kembali bisa dipermainkan oleh para trader minyak.   

“Kalau sekarang pemerintah memutuskan Premium tidak dijual lagi, kemudian impor pertamax, itu akan membahayakan. Itu akan menjadi celah masuk mafia untuk mengorder Pertamax,” katanya, Rabu (21/12).

Karena, Kilang Minyank Indonesia yang bisa memproduksi Pertamax baru ada di Cilacap. Itupun, lanjut Kurtubi, sangat jauh dari kebutuhan minyak Indonesia saat ini. “Makanya, kalau dihentikan sekarang pasti harus impor dalam jumlah banyak,” ungkapnya.

Kurtubi juga meminta pada pemerintah, jika memang akan menghentikan impor BBM jenis Premium agar diikuti dengan pembaharuan kilang-kilang Indonesia yang saat ini hanya mampu memproduksi BBM jenis RON 88 saja. “Jika Premium tidak dibeli lagi, butuh waktu lama untuk mengapgrade kilang Indonesia sekarang, paling sebentar butuh waktu tiga tahun agar kilang itu bisa memproduksi Pertamax,” jelasnya.

Selain diperbaharui agar bisa memproduksi Pertamax, Kurtubi juga menyarankan agar kilang domestik juga di Upgrade agar mampu memproduksi lebih banyak. “Sekalian agar kilangnya bisa menambah kapasitas produksi,” katanya.

Tapi yang lebih penting, Kurtubi menekankan jika pemerintah tetap ingin menghentikan impor BBM jenis RON 88, pemerintah harus membangun kilang baru yang mampu memproduksi Pertamax. “Dan itu butuh waktu yang lama paling tidak lima tahun, karenanya tidak bisa impor premium dihentikan sekarang,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement