Ahad 14 Dec 2014 19:29 WIB

274 Wilayah Terancam Longsor

 Warga bersama anggota TNI dan relawan mencari korban tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (13/12).(Antara/Anis Efizudin)
Warga bersama anggota TNI dan relawan mencari korban tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (13/12).(Antara/Anis Efizudin)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Korban akibat longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah terus bertambah. Hingga Ahad (14/12) pukul 16.00 WIB tim gabungan berhasil menemukan 32 korban tewas akibat longsor.

Sementara korban yang belum ditemukan berkurang menjadi 76 orang,  yang semuanya diduga tertimbun masih dicari. "Korban yang sudah teridentifikasi sudah diambil keluarga dan dimakamkan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Ahad (14/12).

Selain, di Banjarnegara, BNPB mencatat sekitar 124 juta jiwa penduduk yang tinggal di 274 kabupaten atau kota berada pada bahaya longsor dengan resiko sedang hingga tinggi.  Menurutnya, Potensi bahaya yang disebabkan banjir dan longsor makin meningkat memasuki saat musim penghujan.

Sementara, BNPB juga mencatat ada 61 juta jiwa penduduk yang tinggal di 315 kabupaten atau kota yang berada di daerah bahaya banjir dengan tingkat bahaya sedang dan tinggi. Selama kurun waktu 1815-2014 sebanyak 8.501 kejadian banjir dan longsor di Indonesia.

"Dampaknya, sudah 31.432 orang tewas, 20,7 juta mengungsi dan menderita, serta ratusan ribu rumah rusak," kata kata Sutopo.

Sedangkan untuk data tahun 2014, untuk sementara ada 697 kejadian banjir dan longsor yang menyebabkan  339 orang tewas, 1,7 juta jiwa mengungsi dan menderita, dan ribuan rumah rusak.

"Belum termasuk di Banjarnegara," ujarnya.

Menurut Sutopo dampak kerugian dan kerusakan banjir dan longsor tahun 2014 tercatat lebih dari Rp10 Tirilun. "Banjir Jakarta Rp 5 triliun, banjir dan longsor di 16 kabupaten kota di Jawa Tengah Rp 2,01 triliun, dan banjir bandang di Sulut Rp 1,4 triliun," ungkapnya.

Sedangkan banjir di Pantura Jawa mulai dari Banten-Jabar-Jateng dan Jatim, Sutopo mengatakan berdampak kerugian sebesar Rp 6 triliun. "Itu menjadi salah satu yang menyebabkan inflasi pada Januari 2014 menjadi 1,07% (sebelumnya 1,03%)," katanya. 

Meski BMKG memprediksikan bahwa curah hujan normal. Tetapi, Sutopo mengatakan bahwa ancaman banjir dan longsor tetap ada. "Besar-kecilnya banjir dan longsor dipengaruhi oleh hujan yang ada tapi resiko tetap ada," jelasnya.

Diperkirakan banjir dan longsor akan banyak terjadi di Sumsel, Jambi, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalsel dan Kalteng selama Desember 2014 hingga Februari 2015 dengan puncaknya pada Januari 2015. 

Sedangkan untuk bencana longsor, pada 2014 ini, telah terjadi 337 kejadian longsor dengan korban jiwa 267 jiwa tewas.

"Longsor menjadi bencana yang menimbulkan korban jiwa terbesar selama tahun 2014. Daerah yang terlanda longsor umumnya tidak luas dan menyebar luas di wilayah Indonesia yang bertopografi curam," ungkapnya.

Sutopo mengungkapkan ada beberpa wilayah, sudah membangun Talud untuk mengantisipasi longsor. Namun Sutopo mengatakan bahwa  tidak mungkin pemerintah membangun talud di seluruh daerah rawan.

"Sebab ada 274 kabupaten kota berada di daerah bahaya sedang hingga tinggi dari longsor di Indonesia. Ada 124 juta jiwa penduduk yang terpapar dari bahaya dengan resiko sedang hingga tinggi dari longsor," katanya.

Sutopo juga mengatakan,  bahwa sebenarnya antisipasi sudah disiapkan oleh pemerintah, yaitu sudah menyusun rencana kontinjensi banjir dan longsor. Dalam rencana ini sudah dipetakan daerah-daerah mana yang rawan banjir dan longsor. Berapa sumberdaya yang dimiliki seperti logistik, peralatan, SDM, dana dan lainnya.

"BNPB telah menyiapkan Rp 75 milyar dana siap pakai untuk antisipasi banjir dan longsor susulan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement