Selasa 09 Dec 2014 01:11 WIB
Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 Dihentikan, Guru di Bandung Potong Tumpeng

Rep: c63/ Red: Esthi Maharani
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Setelah Kurikulum 2013 (Kurtilas) dihentikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan, sejumlah guru di Kota Bandung mengadakan tasyakuran. Mereka yang tergabung dalam beberapa organisasi keguruan tersebut melakukan potong tumpeng sebagai bentuk rasa syukur atas akan kebijakan penghentian tersebut.

"Ini sebagai bentuk rasa syukur kita atas dihentikannya Kurtilas ini. Kami mendukung kebijakan Pak Menteri, selamat tinggal Kurtilas," ujar Sekjen Federasi guru Independen Indonesia (FGII) Iwan Hermawan di Gedung Indonesia Menggugar (GIM), Bandung, Senin (8/12).

Iwan mengungkapkan selama ini sistem Kurtilas ini belum tepat diberlakukan di sistem pendidikan di Indonesia. Pasalnya, sarana dan pra sarana pendidikan di Indonesia belum mendukung berlangsungnya Kurtilas ini.

Sehingga kata Iwan, banyak pihak yang terbebani dengan sistem pendidikan tersebut.

"Kami menilai Kurtilas ini membebankan guru dan siswa. Sebab, kita belum siap melaksanakan kurikulum baru, KTSP 2006 juga belum dievaluasi, eh sudah ada yang baru lagi," kata Iwan.

Oleh sebab itu, ia dan beberapa organisasi peduli pendidikan pun mendukung penuh kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah baru Anis Baswedan tersebut. Ia pun mendesak agar Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk menghentikan pelaksanaan kurtilas di sekolah-sekolah di Jabar.

"Kami juga mendesak seluruh sekolah untuk tidak menjalankan Kurtilas, tanpa kecuali. Ini untuk menyeragamkan kurikulum, termasuk ujiannya, kalau kurikulumnya beda kan khawatir berpengaruh ke hasil ujian siswa," kata pria yang berprofesi sebagai guru tersebut.

Beberapa organsiasi yang turut tasyakuran selain FGII, diantaranya Forum Komunikasi Guru Honorer (FKGH), Forum Orang Tua Siswa (Fortusis), dan Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan (GMPP).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement