Ahad 30 Nov 2014 19:39 WIB

Waktu Bersandar Lama, Pelabuhan Bakauheni-Merak Harus Diiefisienkan

Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Rabu (23/7).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Rabu (23/7).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Pelayanan pelabuhan Bakauheni-Merak dinilai belum optimal karena lamanya waktu tunggu sandar yang melebihi waktu penyeberangan. 

Untuk itu standard operating procedure (SOP) waktu berlayar di penyeberangan Bakauheni-Merak harus diefisienkan minimal menjadi 100 menit.

“Kami banyak mendapat keluhan soal lamanya waktu tunggu sandar dari pengguna penyeberangan Bakauheni-Merak. Waktu berlayar normalnya 120 menit, tapi sering kali terjadi sampai empat jam. Untuk perbaikan ke depan, kami minta PT ASDP untuk membenahi ini dan mengatur agar waktu berlayar diefisienkan menjadi 100 menit, ” kata Wakil Ketua Komisi V DPR RI Yudi Widiana Adia, Ahad (30/11).

Dari hasil kunjungan kerjanya, ia melihat  level of service pelayanan ke pelabuhan di penyeberangan terpadat di Indonesia itu masih rendah.

Untuk bisa mencapai waktu berlayar 100 menit tersebut, kata Yudi, dibutuhkan beberapa perbaikan seperti percepatan pembangunan dermaga VI, regulasi pemanfaatan dermaga berdasarkan regrouping usia dan kecepatan kapal, peningkatan pemeliharaan armada serta peningkatan managemen pelayanan kepada pengguna.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini menemukan, saat ini ada 52 kapal roro yang beroperasi di pelabuhan Bakauheni-Merak. Sebanyak 41 unit di antaranya dibuat tahun 1970an dan dalam kondisi tidak terawat. Akibatnya, kinerja kapal juga menurun termasuk kecepatannya berlayar. 

Selain itu, kata Yudi, peningkatan kualitas SDM pengelola pelabuhan juga perlu dilakukan. Mengingat saat ini masih banyak SDM pengelola pelabuhan yang belum tersertifikasi dan rendahnya pengawasan terhadap kelaiklautan kapal.

“Surat Persetujuan berlayar (SPB) atau port clearance diberikan hanya sebagai formalitas saja karena pemeriksanaan yang dilakukan hanya bersifat administrastif terhadap dokumen yang dibawa awak kapal. Ini menunjukan pengawasan terhadap keselamatan pelayaran masih rendah,” tegas Yudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement