Rabu 19 Nov 2014 10:15 WIB

Uni Eropa Jadi Sasaran Investasi Jokowi

Joko Widodo (Jokowi) membacakan pidato pertamanya sebagai Presiden RI, Senin (20/10)
Foto: ap
Joko Widodo (Jokowi) membacakan pidato pertamanya sebagai Presiden RI, Senin (20/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu pagi, menerima kunjungan kehormatan delegasi Dewan Presiden Uni Eropa yang dipimpin oleh Herman van Rompuy guna membahas isu investasi.

"Biasa kan pertemuan seperti ini selalu bicara mengenai investasi karena bagaimanapun Uni Eropa adalah nomor dua setelah Jepang untuk itu kita harus memelihara hubungan karena investasinya bisa bertambah," kata Presiden Jokowi mengenai pertemuan tersebut.

Menurut Presiden, dalam pertemuan tersebut secara lebih spesifik dibahas mengenai hambatan pengiriman barang dari Indonesia menuju Uni Eropa. Ia mengaku meminta Uni Eropa agar dapat melakukan sesuatu untuk membantu kelancaran aliran barang dari Indonesia.

"Karena sawit itu bukan hanya miliknya perusahaan besar 45 persennya itu milik petani, sehingga itu perlu dicarikan jalan ke luar," ujarnya.

Presiden mengatakan pihak Uni Eropa menerima dengan baik permintaan tersebut namun ia menilai perlu terus ditindaklanjuti untuk memastikan ada solusi terkait masalah tersebut. Sejak dilantik pada 20 Oktober 2014, Presiden Jokowi memang aktif meningkatkan investasi di Indonesia terutama investasi di bidang infrastruktur yang menurutnya Indonesia sudah tertinggal.

Pekan lalu dalam lawatannya ke Tiongkok, Myanmar dan Australia, ia juga melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah kepala pemerintahan negara sahabat khusus untuk membahas peluang investasi di Indonesia.

Dalam forum-forum internasional itu Presiden menyampaikan rencana Indonesia untuk membangun 24 pelabuhan, jalur kereta api dan pembangkit listrik. Turut mendampingi Presiden Jokowi yang mengenakan batik coklat hitam lengan panjang pagi itu antara lain Menlu Retno LP Marsudi dan Mendag Rahmat Gobel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement