REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kekerasan di sekolah baik yang dilakukan sesama siswa atau guru terhadap siswa dinilai bisa jadi karena budaya pembiaran dan pemakluman. Sehingga bibit jahat yang ada malah mendapat tempat.
Menanggapi kekerasan yang marak terjadi dan akhirnya terungkap, Direktur, Master Trainer dan konsultan Kubik Training and Consultacy, Indrawan Nugroho mengatakan persoalan ini bisa dijawab dari banyak sudut ilmu, termasuk manajerial sekolah.
Ia menduga, kekerasan, baik oleh guru maupun siswa, di sekolah tidak mungkin terjadi di lingkungan sekolah yang dikelola berdasarkan nilai yang jauh dari penyimpangan.
Kasus kekerasan seksual seperti kasus pedofilia oleh guru terhadap siswa bisa jadi bukan yang pertama, bukan tidak diketahui, bukan tidak mungkin juga itu adalah pengaruh nilai-nilai yang ada di sana seperti budaya bebas, pemakluman dan pembiaran.
''Itu akhirnya yang membuat bibit jahat manusia punya tempat. Setiap manusia punya bibit jahat, tapi kita tinggal di lingkungan yang nilai-nilai baik dijaga, bibit jahat itu tidak punya tempat dan aneh jika keluar,'' kara Indrawan, Sabtu (1/11).
Maka, lanjut Indrawan, orangtua harus sadar dan mengambil penuh tanggungjawab pendidikan anak-anak sebelum dibantu sekolah.
Ia percaya ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.Orangtua saat ini tidak bisa membendung anak-anak untuk tidak menonton televisi dan bertemu teman-teman yang bisa jadi agak 'aneh'.
''Maka jadikan rumah sebagai rujukan anak-anak. Sehingga anak-anak akan melihat yang ideal ada di rumah, bukan sebaliknya menjadikan dunia luar menjadi rujukan. Saat anak-anak masih kecil, itulah dunia orangtua untuk menanamkan nilai,'' tutur bapak tiga anak ini.