REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kain songket sebagai produksi industri kreatif dari Sumatera Selatan (Sumsel) sudah dikenal luas di manca negara.
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin mengatakan, kain songket dari Sumatera Selatan kini sudah mendunia.
"Banyak negara dan daerah lain memproduksi songket, namun tetap yang berkualitas dari Sumatera Selatan," katanya, Sabtu (1/11).
Menurut Alex Noerdin, saat ini persaingan kain songket di pasar internasional sangat ketat. Bahkan negara Tiongkok kini industri tekstil mereka memproduksi kain songket menggunakan mesin cetak.
"Ini yang membedakan kualitas kain songket dari Sumatera Selatan masih yang terbaik karena pembuatan kain songket di sini masih menggunakan peralatan sederhana dalam membuat motif dan corak sehingga meningkatkan nilai jual kain songket Sumatera Selatan," katanya menambahkan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel) menurut Gubernur Sumsel tengah mengusulkan ke Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk menetapkan kain songket dari Sumatera Selatan sebagai salah satu warisan dunia, sekaligus mematenkannya sebagai salah satu kebudayaan masyarakat Sumatera Selatan.
"Melalui badan PPB UNESCO, kini banyak persembahan kain Songket Sumatera Selatan dengan berbagai kategori. Sehingga menjadikan budaya yang akan membanggakan Sumsel," ujar Alex Noerdin.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin optimis kain songket akan lolos dan diterima oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Sumsel. Sementara kualitas kain songket Palembang atau dari Sumatera Selatan Sudah terbukti dan juga banyak negara yang menggunakan kain songket dalam berbagai upacara adat seperti, Malaysia, Brunei Darusalam, dan Indonesia.
Untuk bisa termasuk dalam salah satu warisan budaya dunia, Pemerintah Propinsi Sumsel melalui Kementrian Pariwisata pernah mengusulkan kain songket menjadi warisan budaya dunia ke The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), lembaga yang mengurusi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan di bawah naungan PBB.