REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank DKI mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 28,02 persen hingga triwulan III-2014. Tingginya potensi pasar yang belum digarap secara optimal membuat pertumbuhan kredit perusahaan lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwiyono mengatakan, peningkatan penyaluran kredit juga disebabkan oleh beberapa proyek strategis untuk mendukung pembangunan atau pengembangan infrastruktur.
"Permodalan Bank DKI yang semakin meningkat mendorong BMPK jadi terdongkrak sehingga plafon pembiayaan kepada debitur pilihan juga meningkat," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (23/10).
Ekspansi jaringan kantor yang cukup signifikan juga mendorong adanya potensi sumber pembiayaan yang baru. Pertumbuhan kredit juga dibarengi dengan membaiknya performa kredit. Ditandai dengan membaiknya rasio NPL Gross dan NPL Nett Bank DKI.
NPL Gross membaik dari 2,79 persen per September 2013 menjadi 2,36 persen per September 2014. Sedangkan NPL Nett juga membaik dari 1,95 persen per September 2013 menjadi 1,32 persen.
Penyaluran kredit tersebut dilakukan di tengah ketatnya likuiditas. Dana pihak ketiga (DPK) Bank DKI hanya dapat tumbuh 15,3 persen menjadi Rp 27,80 triliun per September 2014. Pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh pertumbuhan tabungan dan deposito yang tercatat masing-masing sebesar 13,57 persen dan 27,57 persen.
Struktur DPK Bank DKI didominasi oleh deposito yang mencapai sebesar Rp 15,83 triliun per September 2014 atau 56,93 persen dari keseluruhan DPK.
Giro Bank DKI per September 2014 tercatat sebesar Rp 7,73 triliun atau sebesar 27,81 persen dari total DPK. Sedangkan tabungan per September 2014 mencapai Rp 4,2 triliun atau 15,26 persen dari keseluruhan DPK.
Eko mengatakan, Bank DKI tetap mewaspadai potensi likuiditas yang diperkirakan akan tetap mengalami pengetatan. Khususnya pada DPK yang bersumber dari Pemrov DKI Jakarta yang puncak realisasi pencairan APBD utamanya kepada kontraktor terjadi pada akhir tahun.
Bank DKI tetap menggenjot perolehan DPK hingga akhir tahun melalui sejumlah program kerja sama. Antara lain, dengan dinas DKI Jakarta. Seperti pembayaran rumah susun dan pembukaan rekening pedagang kaki lima.
Bank DKI juga berhasil membukukan laba sebesar Rp 665 miliar. Posisi asset Bank DKI per September 2014 mencapai Rp 37,51 triliun, tumbuh 22,41 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio keuangan Bank DKI tetap terjaga dalam batas-batas yang memadai. Antara lain, ROA mencapai 2,77 persen per September 2013 dan ROE berada pada posisi 20,55 persen.
Rasio BOPO tetap terjaga dikisaran 74 persen. Bank DKI juga akan menggenjot fee based income, melalui layanan Virtual Account Cash Management System.