Senin 20 Oct 2014 14:33 WIB

Sapta Nirwandar: Pengembangan Pariwisata Tidak Boleh Tinggalkan Budaya Lokal

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (tengah) saat melakukan kunker ke Denpasar, Bali
Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (tengah) saat melakukan kunker ke Denpasar, Bali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dikenal memilki budaya yang sangat beragam. Hal ini penting bagi pariwisata Indonesia, karena selain menjadi potensi, juga bisa menjadi budaya tandingan bagi dominasi budaya global. 

“Dengan berbagai pertimbangan, maka pengembangan pariwisata tidak boleh meminggirkan budaya dan spirit lokal,” kata Wakil Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kretatif RI (Wamen Parekraf) Sapta Nirwandar dalam seminar "Tantangan dan Masa Depan Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan" di Ubud, akhir pekan kemarin. 

Budaya lokal yang dimaksud tercermin di banyak hal. Seperti seni, ritual agama, tradisi, dan adat istiadat. "Nilai strategis budaya lokal penting dalam pengembangan pariwisata Indonesia," kata dia. 

Dalam kunjungan kerja itu, Sapta juga menjadi pembicara dalam diskusi “Airport Friendly”  yang berlangsung di Gedung Bali Tourism Board, Denpasar. 

Menurut Sapta, Airport memiliki peran penting karena menjadi cermin peradaban masyarakat setempat untuk orang yang baru datang ke tempat itu. 

“Tapi masalahnya kita sering terlambat mengantisipasi masa depan. Daya tampung airport tidak dipikirkan dengan matang. Coba kita lihat Bandara Soekarno-Hatta. Itu bandara paling ajaib, kapasitasnya hanya 20 juta penumpang, tapi bisa menampung sampai 80 juta penumpang (per tahun),” ujarnya memancing gelak peserta diskusi.

Akibatnya, tambah Sapta, kemacetan sering terjadi pada jam-jam sibuk. Namun yang membuatnya tersenyum adalah solusi yang kemudian muncul. 

“Bermunculan calo taksi. Ada juga ojek motor. “Mungkin itu satu-satunya bandara yang punya ojek. Saya tahu itu karena saya pernah ditawarin naik ojek saat keluar pintu bandara,” ujar Sapta.

Kunjungan kerja ke Bali ini,sekaligus menjadi perpisahan dan hari kerja terakhir Sapta dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. 

“Semua sudah melakukan perpisahan. Pak SBY melakukan perpisahan. Saya dengan Bu Menteri (Marie Elka Pangestu) juga melakukan perpisahan di kantor. Nah saya juga ingin melakukan perpisahan sambil mengerjakan tugas ini,” ujar Sapta dalam keterangan tertulis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement