REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PGRI Sulistiyo mengatakan, hingga saat ini masih banyak kebijakan pendidikan yang kurang bermutu, kurang berwawasan bahkan berisiko gagal dalam mewujudkan kualitas manusia Indonesia yang bersaing di era global. Masih banyak tantangan pembangunan pendidikan ke depan terutama peningkatan kualitas kebijakan pendidikan nasional dalam rangka mengubah mentalitas pelaku pendidikan nasional, Ahad, (19/10).
Pada pergantian pemerintahan, ujar Sulistiyo, di awal pemerintahan baru yang mencanangkan perubahan besar dengan revolusi mental ala Jokowi, PGRI merasa perlu menyumbangkan pikiran tentang sistem pendidikan nasional. "Bagi PGRI mentalitas merupakan sumber dari hampir seluruh problem kebangsaan kita,"ujarnya.
Pendidikan, kata Sulistiyo, merupakan jalan utama untuk keluar dari hampir seluruh persoalan bangsa. "Gagasan revolusi mental presiden terpilih Jokowi perlu direspons positif dan dijadikan paradigma pembangunan, khususnya manusia Indonesia seutuhnya,"katanya.
Manusia Indonesia, ujar Sulistiyo, merupakan sumber masalah namun juga tumpuan harapan. Bangsa ini tidak ada masalah dalam hal ketersediaan sumber daya alam (SDA) namun sayangnya SDA belum memberikan manfaat bagi kemakmuran rakyat.
Ini, kata Sulistiyo, terjadi karena kualitas manusia Indonesia masih terbatas sehingga belum mampu mengelola SDA yang ada dengan baik. Kemajuan bangsa ini sangat ditentukan oleh cara mengelola SDM yang ada.
Pendidikan, terang Sulistiyo, merupakan andalan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa. Makanya pendidikan mendatang harus menjalankan revolusi mental.