REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jubir DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul tidak terima niat baik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyambut Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara usai pelantikan malah dikritik.
Ruhut menilai, para kritikus SBY tidak mengerti etika budaya Indonesia. "Yang mengkritik tidak tahu diri. Ngaca! Jangan semua salah SBY. Itu namanya sontoloyo," kata Ruhut di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (16/10).
Ruhut mengatakan, rencana SBY menyambut Jokowi di Istana Negara merupakan tradisi baik dalam transisi kekuasaan. Lagi pula, Jokowi tidak mempersoalkan rencana SBY tersebut.
"Jangan lihat sisi tata negaranya. Lihat etika dan sopan santunnya. Memangnya ketika Jokowi (jadi) presiden, SBY bisa diusir seenaknya?" ujar Ruhut.
Sebelumnya, Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR, Victor Laiskodat mengkritik rencana SBY menyambut Jokowi di Istana Negara usai pelantikannya sebagai presiden.
Menurutnya rencana SBY itu patut ditolak. "Enggak mungkin. Enggak bisa itu. Pasti ditolak," kata Victor di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (16/10).
Ia beralasan begitu Jokowi dilantik SBY bukan lagi presiden Indonesia. SBY tidak memiliki hak menggunakan fasilitas Istana Negara yang sudah menjadi milik presiden.
"Setelah Jokowi dilantik, SBY bukan siapa-siapa lagi. Enggak bisa dia menyambut Jokowi di Istana," ujarnya.
Penyambutan Jokowi di Istana Negara mestinya dilakukan oleh Panglima TNI. Karena secara hirarki ketatanegaraan, presiden merupakan panglima tertinggi TNI. "Harusnya Panglima TNI yang sambut Jokowi sebagai panglima tertinggi," katanya.
SBY menyiapkan upacara penyambutan khusus untuk Jokowi begitu dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2014. Sedianya SBY akan lebih dahulu menghadiri pelantikan Jokowi di MPR.
SBY bersama istri kemudian lebih dahulu meninggalkan MPR untuk menuju Istana Negara menyiapkan penyambutan Jokowi.
Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini