REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ribuan peserta dari sejumlah elemen masyarakat lintas agama berkumpul di Monumen Bajra Sandhi Renon, Denpasar, untuk menggelar "Gema Perdamaian" di tengah situasi bangsa dan kondisi di berbagai belahan dunia masih banyak terdapat konflik.
"Damai dan harmoni itu tidak jatuh dari langit begitu saja, tetapi harus diusahakan dan dipertahankan. Kalau semua mendambakan perdamaian dan harmoni, maka harus dimulai dari diri kita sendiri dengan menghilangkan amarah dan dendam dan tak boleh serakah yang mencederai perdamaian," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menghadiri Gema Perdamaian di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, meski Bali pulau kecil, namun gema damai diharapkan akan terdengar mendunia.
Apalagi, lanjut Mantan Kepala Polda Bali itu, sejumlah slogan disematkan kepada Pulau Dewata, di antaranya "Island of Peace and Democracy", "Island of Love" yang diharapkan menjadi jalan menunjukkan suara perdamaian di Bali kepada dunia.
Pastika juga mengimbau umat manusia untuk selalu introspeksi di tengah latar belakang suku, agama, dan ras yang beragam di Indonesia.
"Mungkin kita berbeda tetapi intinya tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, semua mengajarkan damai dan kasih sayang," ucapnya.
Ketua Panitia Gema Perdamaian 2014, Made Suryawan mengatakan tidak ada perbedaan terhadap pelaksanaan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
Ia menegaskan tidak ada hal khusus yang diangkat meskipun sejumlah masalah terjadi di antaranya terkait gonjang-ganjing perpolitikan di Tanah Air.
Namun yang lebih ditekankan suara perdamaian yang harus ditingkatkan baik kuantitatif maupun kualitatif.
"Kami tidak ikut campur politik. Kami ingin kegiatan ini berlandasakan kemurnian. Kami sadari perdamaian itu menjadi sesuatu hal yg langka dan mahal olhkrn itu ini digalakkan lagfi secara kualittif dan kuantitaif," katanya.