REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN—Festival desa budaya “Gelar Potensi Kerajinan dan Kuliner” digelar di Desa Widomartani, Ngemplak, Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/10). Bertempat di Balai Desa Widomartani, sedikitnya 20 kontingen dari tujuh kelompok kesenian dan budaya yang ada di desa setempat tampil dalam festival tersebut.
Sugeng Raharjo, ketua panitia pelaksana mengatakan, festival desa budaya tersebut untuk melestarikan kesenian dan budaya Desa Widomartani. Pasalnya, kata Sugeng, saat ini budaya asing semakin gencar masuk ke Yogyakarta. Oleh karena itu, melalui pegelaran festival, lanjut Sugeng, merupakan salah satu cara agar masyarakat tidak mudah melupakan kebudayaan sendiri.
“ini juga untuk menggali semua potensi yang ada di Wedomartani,” ujar Sugeng, Sabtu (11/10) kepada wartawan di lokasi acara.
Sugeng menuturkan, festival desa budaya Widomartani tahun ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, kegiatan yang sama pernah dilakukan pada tahun 2009. Menurutnya, festival desa budaya Widomartani dilaksanakn satu kali dalam lima tahun.
Sugeng menjelaskan, beberapa potensi yang terdapat di Widomartani yaitu kuliner seperti jamu, gudeg dan beberapa camilan. Selain itu, kata Sugeng, Widomartani juga memiliki potensi wisata seperti Candi Gebang. Kemudian, jathilan, ketoprak wayang dan batik, menurut Sugeng, juga potensi yang bisa digali di Widomartani.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengapresiasi masyarakat di Desa Widomartani. Pasalnya, penduduk setempat mampu hidup berdampingan meskipun masyarakatnya heterogen.
Ia mengatakan, semakin padatnya penduduk Yogyakarta dari luar, membuat kawasan utara saat ini mulai dilirik. Karena itu, masyarakat Widomartani, tutur Purnomo, juga harus mempersiapkan kemungkinan semakin padatnya kawasan Yogyakarta bagian utara. “meskipun berbeda-beda harus tetap menjalin persatuan,” katanya.