REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tahun ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) akan mengembangkan varietas baru tanaman Sorgum yang berumur lebih pendek di Kabupaten Gunungkidul DI Yogyakarta (DIY). Tanaman Sorgum tersebut akan direkayasa secara genetik melalui mutasi radiasi nuklir sehingga hanya berumur 1,5 bulan saja. Rekayasa tanaman Sorgum ini dilakukan untuk pemenuhan pakan ternak di kabupaten tandus tersebut.
"Selama ini Sorgum umurnya sampai 3 bulan, padahal kalau musim kemarau kebutuhan pakan ternak di Gunungkidul tiinggi sampai ambil dari luar daerah dengan harga tinggi," kata Kepala Pusat Apilkasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN, Hendig Winarno, di sela IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) Project Review Meeting, di Yogyakarta, Senin (6/10)
Acara ini diikuti peneliti dari 15 negara. Ke 15 negara ini adalah Australia, Bangladesh, China, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Mongollia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Philipinaa, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam.
Menurut Hendig, Sorgum sangat cocok ditanam di daerah kering seperti di Gunungkidul. Tanaman ini juga cocok untuk pakan ternak di daerah itu. Sorgum berumur pendek juga akan dikembangkan di Kabupaten Paser Kalimantan Tiimur untuk tanaman sela pada lahan kelapa sawit yang dimanfaatkan untuk pakan ternak juga.
Saat ini Sorgum telah dikembangkan di 16 lokasi termasuk Gunungkidul. Tanaman ini serba guna dan banyak manfaatnya. Bijinya memiliki karbohidrat tinggi dan bisa diolah sebagai pengganti gandum maupun beras. Sementara batang dan daunnya bisa digunakan untuk pakan ternak. Batangnya sendiri bisa diperas dan menghasilkan sari gula.
Selama ini BATAN telah melakukan pemuliaan tanaman Sorgum hingga menghasilkan tiga varietas unggul yaitu Pahat, Samurai I dan Samurai 2. Ketiga varietas ini sudah dikembangkan dilahan kering seperti Gunungkidul, Madura, Jawa Timur, NTT dan NTB. "Tahun ini akan dikembangkan varietas yang umurnya pendek jadi tidak usah menunggu buahnya sudah bisa dipakai untuk pakan ternak," kattanya.
Pertemuan ahli pemuliaan tanaman dengan mutasi radiasi nuklir di Yogyakarta ini akan berlangsung hingga 10 Oktober 2014. Pertemuan tersebut u akan mereview pelaksanaan proyek pengembangan varietas tanaman baru dengan teknik mutasi radiasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.
"Kami akan mereview proyek kerjasama antara IAEA dan FAO dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik selama tiga tahun ini meski sebenarnya proyek kerjasama itu akan dilakukan hingga 2016 mendatang," ujar //plant breeder Joint FAO/IAEA Division, Stephan Nielen.
Hasil review tersebut kata dia, akan ditularkan untuk dikembangkan ke negara-negara lain. Melalui kegiatan ini akan dilihat varietas tanaman apa saja yang tahan terhadap perubahan iklim. Tanaman ini akan dikembangkan sesuai iklim di 15 negara tersebut.
Sementara itu Kepala BATAN Djarot Sulistyo Wisnubroto, mengatakan, Indonesia sudah dijadikan negara untuk tujuan pelatihan di bidang pemuliaan mutasi tanaman dari negara-negara lain seperti Myanmar, Burkina Faso, Nepal dan Laos.
Jumlah peserta pelatihan dipastikan akan terus bertambah di waktu mendatang. Terlebih setelah pada konferensi umum IAEA tahun ini, bertepatan dengan HUT ke-50 joint IAEA/FAO Divlslon, lndonesia meraih penghargaan tertinggi, Superior
and Outstanding Achievement Award in Mutation Breeding, atas keberhasilan dalam riset dan pemanfaatan iptek nuklir untuk pemuliaan tanaman pangan.
"Saat ini BATAN telah menghasilkan 20 varietas tanaman padi unggul, tiga varetas Sorgum, 10 varietas kedelai, satu varietas gandung dan tiga varietas kacang hijau. Hasil mutasi radiasi ini akan terus berkembang," katanya.
Untuk varietas padi sendiri kata dia, pihaknya tengah melakukan penelitian varietas padi gogo yang terbukti tahan terhadap ikliim kering. BATAN akan berupaya menghasilkan varietas padi gogo dengan umur pendek namun produktivitas tinggi dan tahan hama.