REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur David Pandie menilai semangat politik yang dipertontonkan Koalisi Merah Putih (KMP) di Senayan seperti layaknya buldozer yang menggusur-ratakan benda apa pun di hadapannya.
"Apa yang dilakukan KMP di Senayan saat ini seperti layaknya sebuah buldozer. KMP mengandalkan kekuatan politik yang ada untuk menggusur-ratakan lawan-lawan politiknya tanpa lagi menggunakan akal sehat, nurani dan moral politik," katanya di Kupang, Jumat (3/10).
Selain buldozer, Pandie juga mengibaratkan KMP di Senayan seperti seekor banteng liar yang tengah menyeruduk siapa pun.
"Artinya, gaya politik yang dipertontonkan KMP tidak lagi mengenal rasa empati. Siapa yang akan menjadi korban atau dikorbankan, bukan menjadi urusan KMP. Ini yang saya amati," kata Pembantu Rektor Bidang Akademik itu.
Koalisi Indonesia Hebat pendukung Jokowi-JK kembali kalah dari KMP dalam pertarungan politik di parlemen. Terakhir, terkait pemilihan pimpinan DPR dan alat kelengkapan dewan lainnya.
Sebelumnya, koalisi yang dimotori PDIP juga kalah dalam penetapan UU MD3, pembahasan tata tertib DPR, pemilihan anggota BPK dan terakhir pengesahan UU Pilkada.
Dia mengatakan, jika KMP tetap solid dan kuat, bukan tidak mungin pimpinan komisi dan alat kelenggapan dewan di DPR juga akan dikuasai.
"Mekanisme pemilihan pimpinan komisi dan alat kelengkapan dewan sama dengan pemilihan pimpinan DPR, seperti diatur dalam UU MD3. Yakni, para pemangku jabatan di parlemen akan dipilih langsung oleh anggota DPR dan sudah pasti KMP akan menguasai," katanya.
Pada rapat paripurna DPR Kamis (2/10) dinihari, KMP mengusung paket pimpinan DPR dengan formasi ketua Setya Novanto dari Golkar. Kemudian empat wakil ketua, masing-masing Fadli Zon dari Gerindra, Agus Hermanto dari Demokrat, Taufik Kurniawan dari PAN dan Fahri Hamzah dari PKS.
Sementara empat fraksi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat yakni PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Hanura mengambil sikap 'walk out' dari ruang sidang.
Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini