Kamis 02 Oct 2014 23:38 WIB
Hari Batik

Perkaya Corak Batik, Sultan HB X Titahkan Akulturasi

Rep: Heri Purwata/ Red: Indah Wulandari
Sultan HB X
Sultan HB X

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong proses akulturasi budaya agar bisa menghasilkan seni batik yang kaya. Upaya ini sekaligus untuk menyongsong pengakuan Yogyakarta sebagai Kota Batik tingkat dunia.

“Akulturasi budaya dapat memperkaya seni batik. Hal ini telah dibuktikan seperti terjadi di sentra batik Desa Girilaya dan Karangtengah, Imogiri, Bantul,” papar Sultan pada peringatan Hari Batik Nasional ke V Tahun 2014 di  Pendopo Agung Royal Ambarukmo Yogyakarta, Kamis (2/10).

Dua desa yang dekat dengan makam raja-raja dari Yogyakarta dan Surakarta ini telah dibangun sejak tahun 1654.

“Di dua desa ini terjadi transformasi ketrampilan membatik dari para abdi dalem kedua kerajaan melalui interaksi dengan masyarakat sekitar. Sehingga di sana menjadi titik temu dan akulturasi seni batik Yogyakarta dan Surakarta yang khas,” kata Sultan.

Sejarah membuktikan, kata Sultan, batik adalah hasil proses budaya asli masyarakat Jawa yang diwariskan turun-temurun. “Proses ini jangan berhenti, tetapi justru harus dikembangkan setelah batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO,” tegasnya.

Selain itu, batik juga banyak mengandung nilai-nilai adhiluhung yang pantas untuk dilestarikan dan dikembangkan masa kini. Batik memiliki peranan penting pada peristiwa penting dalam kehidupan manusia Jawa. Misalnya, batik corak truntum cocok untuk upacara ijab qabul atau midodareni. Sedangkan batik motif grompol, semenrama serta nogosari cocok dikenakan pada pernikahan.

Namun juga ada semacam larangan mengenakan motif batik tertentu pada suatu acara tertentu. Yaitu, batik motif parang rusak dilarang dikenakan pada acara pernikahan agar pengantin terhindar dari pernikahan yang rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement