Jumat 26 Sep 2014 23:25 WIB

Pengamat: Pemilihan Langsung tak Cocok Diterapkan di Indonesia

Sebelum akhirnya diputuskan sejumlah partai melakukan lobi terkait RUU Pilkada dalam paripurna DPR, Kamis malam (25/9).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Sebelum akhirnya diputuskan sejumlah partai melakukan lobi terkait RUU Pilkada dalam paripurna DPR, Kamis malam (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko menilai pemilihan secara langsung tidak sesuai dengan falsafah hidup rakyat Indonesia. ia mengatakan Pilkada langsung merupakan salah satu bentuk dari demokrasi import. Menurutnya tidak semua produk demokrasi import cocok diterapkan di Indonesia.

"Mungkin pemilihan langsung  cocok di negara lain seperti Amerika, tetapi tidak sesuai jika diterapkan di Indonesia," katanya, Jumat (26/9).

Ia melanjutkan, selama ini terjadi penafsiran yang salah terhadap makna demokrasi, dimana harus selalu disamakan dengan pemilihan langsung. Seharusnya demokrasi Indonesia harus sejalan dengan falsafah dan nilai hidup yang berkembang di masyarakat Indonesia.

Selain itu dari aspek demografi, masyarakat Indonesia dipandang belum siap untuk melaksanakan pemilihan daerah secara langsung. Kemudian tingkat pendidikan yang kurang dan kemiskinan yang masih mendominasi menyebabkan Pilkada langsung justru sering menimbulkan money politik dan bentrok antar pendukung calon.

Anang menjelaskan, pemilihan secara tidak langsung sesuai dengan falsafah pancasila dan keadaan yang ada di masyarakat. "Pilkada tak langsung adalah bentuk dari musyawarah perwakilan sesuai dengan sila ke empat Pancasila, ini sesuai dengan jati diri kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement