Jumat 26 Sep 2014 21:54 WIB

SBY Jelaskan Alasan Demokrat Walk Out Saat Sidang RUU Pilkada

Rep: Esthi Maharani/ Red: Bayu Hermawan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono memantau perkembangan situasi politik tanah air dari New York, Amerika Serikat. Terutama terkait dengan dinamika pengesahan RUU Pilkada di DPR pada Kamis malam (25/9).

Ia pun mendapatkan kabar tentang aksi Partai Demokrat yang melakukan aksi walk out dari ruang sidang paripurna. 

"Berita yang masuk pada saya mengapa walk out karena tidak diwadahi usulan Partai Demokrat," katanya Jumat (26/9).

Usulan itu tak lain adanya 10 perbaikan jika Pilkada langsung menjadi pilihan dalam RUU Pilkada. Sayangnya usulan itu sama sekali tak mendapatkan tempat. Parlemen tetap bersikeras hanya membuka dua opsi Pilkada langsung atau lewat DPRD.

"Saya masih ingin ditunda votingnya. Pada saat yang kritikal itu, saya masih berharap sekali lagi dilakukan lobi," katanya.

SBY mengatakan, Partai Demokrat berharap muncul opsi Pilkada DPRD dan Pilkada dengan perbaikan. Tetapi jika hanya sekadar mendukung Pilkada langsung tanpa perbaikan dan kemudian dibenturkan dengan Pilkada DPRD, maka tak ada jaminan adanya Pilkada selanjutnya lebih baik dari yang sekarang.

"Sebenarnya kalau semua terbuka maka opsi pilkada langsung dengan perbaikan adalah opsi terbaik. Kita tahu rakyat ingin pilkada langsung tapi juga inginkan perbaikan atas penyimpangan, ada politik uang, korupsi, biaya terlalu mahal, penyalahgunaan birokrasi oleh calon, konflik horizontal," jelasnya.

"Rakyat ingin perbaikan itu secara jelas dan terang partai demokrat perjuangkan dengan 10 perbaikan besar" katanya.

Seperti diketahui dalam sidang paripurna pengesahan RUU Pilkada, Fraksi Partai Demokrat memilih walk out. Akhirnya dalam voting, opsi Pilkada dilaksanakan di DPRD menang. Pascaparipurna, PDIP dan pendukung Pilkada secara langsung menilai Partai Demokrat telah melakukan rekayasa dan pencitraan semata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement