REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, kembali memunculkan gempa tremor sejak erupsi yang terjadi pada Rabu (17/9).
"Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pada hari Jumat, pukul 06.00-12.00 WIB, kegempaan yang terekam di Gunung Slamet terdiri 82 kali gempa embusan, satu kali gempa letusan, dan enam kali gempa tremor harmonik," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (19/9).
Selain itu, kata dia, secara visual Gunung Slamet terhalang kabut dan saat terang teramati embusan asap dengan ketinggian 100-400 meter dari puncak.
Saat ditanya kemungkinan Gunung Slamet sedang menghimpun energi melalui gempa tremor sebelum kembali erupsi, dia mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu perkembangan lebih lanjut.
"Ya kita tunggu saja, yang penting siaga. Oleh karena itu, warga dilarang beraktivitas dalam radius 4 kilometer karena status Gunung Slamet masih 'Siaga'," katanya.
Dari data PVMBG tersebut, gempa tremor di Gunung Slamet cenderung meningkat jika dibanding periode-periode pengamatan sebelumnya karena sejak erupsi pada hari Rabu (17/9), gempa tremor yang terekam dalam setiap periode pengamatan (enam jam sekali) berkisar satu hingga dua kali.
Bahkan, dalam pengamatan yang dilakukan pada hari Kamis (18/9), pukul 18.00-24.00 WIB, PVMBG tidak merekam adanya gempa tremor di Gunung Slamet, yang terekam hanyalah 82 kali gempa embusan dan tujuh kali gempa letusan.
Sebelumnya, Surono mengatakan bahwa tremor dan gempa merupakan cara gunung api menghimpun energi.
"Mudah-mudahan aktivitasnya tetap sama, energinya hanya untuk embusan asap dan untuk lontaran material pijar saja," katanya.