REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Pertamina telah memberlakukan kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg terhitung Rabu (10/9). Meski demikian, para pengecer di Slemen belum berani menaikkan harga tinggi. Alasannya, takut kehilangan pelanggan.
Heri, pengecer elpiji di Jalan Wahid Hasyim, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta mengatakan, kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg beum dirasakan dampak terhadap penurunan pelanggan elpiji 12 kg. Ia mengaku, setiap harinya mampu menjual dua elpiji 12 kg kepada pelanggannya.
“Tidak ada perubahan sebelum atau setelah kenaikan,” ujar, Heri, Sabtu (13/9) kepada Republika.
Pasca naiknya harga elpiji 12 kg, Heri menjual seharga Rp 120 ribu per satu elpij. Sementara Ia mengambil dari distributor dengan harga Rp 115 ribu.
Sedangkan sebelum terjadi kenaikan, Heri menjual elpiji 12 kg seharga Rp 105 ribu per satu gas dari harga yang dibeli dari distributor seharga Rp 93 ribu. Itu artinya, pasca kenaikan harga elpiji 12 kg, pendapatan Heri mengalami penurunan.
“kalau sekarang hanya mengambil keuntungan lima ribu, lebih sedikit dari sebelumnya,” katanya.
Ia mengaku masih akan menunggu perkembangan pengecer lain untuk menaikkan harga tinggi. Bagi Heri, saat ini fokus mempertahankan pelanggan agar tidak beralih ke yang lain.
Heri menjelaskan, pelanggannya mayoritas merupakan pemilik warung makan. Hanya sebagian kecil pembelinya digunakan untuk kebutuhan keluarga.
Lebih lanjut, Heri menjelaskan, kenaikan elpiji 12 kg juga tidak berdampak terhadap pelanggannya yang beralih ke elpiji 3 kg. Oleh karena itu, Heri tidak menambah jumlah elpiji 3 kg.