Selasa 09 Sep 2014 15:45 WIB

Dirgantara Indonesia Mulai Pembuatan Pesawat N219

Rep: C71/ Red: Yudha Manggala P Putra
Replika Pesawat N 219, produksi PT Dirgantara Indonesia
Foto: defense-studies.blogspot.com
Replika Pesawat N 219, produksi PT Dirgantara Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memulai pembangunan pesawat N219 dengan menggelar pemotongan pertama detail part manufacturing atau pembuatan komponen 'airframe'. 

Acara digelar di Hanggar Produksi PTDI Jalan Pajajaran Nomor 154 Bandung itu merupakan tahapan penting pembuatan pesawat karena menjadi titik awal produksi komponen-komponen N219.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengaku pembuatan N219 sudah melalui pertimbangan kelayakan dan tren pasar. "N219 dirancang untuk mengatasi medan-medan sulit di daerah terpencil Indonesia," kata Budi.

Menurut rencana, N219 akan diproduksi sebagai pesawat perintis dengan kapasitas penumpang mencapai 19 orang. Pesawat ini unggul karena mampu mendarat di landasan pendek meski berada di ketinggian ekstrim.

Budi mengaku butuh penantian yang cukup lama untuk mewujudkan mimpi membuat N219. Program N219 dimulai sejak 2006 dengan melakukan kajian pasar serta pembuatan desain konsep dan uji coba di wind tunnel. "Yang lama itu menjual idenya. Tahun lalu baru kita kembangkan secara penuh setelah ada kerjasama dengan LAPAN," kata Budi.

Setelah melakukan pemotongan perdana, PTDI akan melanjutkan pembangunan pesawat secara penuh hingga bisa tampil ke publik (roll out) tahun depan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada 10 Agustus. Penerbangan pertama N219 dijadwalkan akan berlangsung pada Desember 2015 dilanjutkan dengan proses sertifikasi pesawat pada 2016. Setelah mendapatkan sertifikat layak terbang dari Kementerian Perhubungan, perjalanan N219 berlanjut menuju pemasaran.

"Kami ingin tes pasar dalam negeri dulu karena kebutuhan dalam negeri cukup besar," kata Budi.

N219 kemungkinan akan bersaing dengan pesawat perintis sekelasnya seperti Twin Otter buatan Kanada dan Y12 dari Cina. Budi mengaku sudah ada ketertarikan sebanyak 150 pesawat dari berbagai maskapai penerbangan dan industri meski semua masih berupa letter of intent.

"Semuanya perlu uji coba lebih dulu dan bukti terutama dari kelayakan dan konsumsi avtur," kata Budi. Ia pun menargetkan lima tahun pertama untuk pasar dalam negeri. Jika telah teruji, Budi akan melanjutkan pengembangan N219 dengan meminta bantuan mitra kerja PTDI, Airbus untuk mendapatkan sertifikat European Aviation Safety Agency (EASA) dan memasarkannya ke pasar internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement