Rabu 23 Jul 2014 12:36 WIB

SBY Diminta Ratifikasi Pengendalikan Produk Rokok

Rep: DR Meta Novia/ Red: Erik Purnama Putra
Mahasiswa BEM IM FKM UI menggelar aksi dukungan percepatan aksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) untuk Indonesia, Jakarta, Ahad (25/5).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Mahasiswa BEM IM FKM UI menggelar aksi dukungan percepatan aksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) untuk Indonesia, Jakarta, Ahad (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Lentera Anak Indonesia mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk segera melakukan ratifikasi Kerangka Kerja Pengendalian Produk Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) sebelum berakhir masa jabatannya pada 20 Oktober mendatang.

Hal itu perlu dilakukan sebagai kado indah bagi anak Indonesia sebagai generasi penerus banga pada peringatan Hari Anak Nasional 2014 pada Rabu (23/7).

Direktur Eksekutif Lentera Anak Indonesia, Hery Chariansyah mengatakan, di berbagai kesempatan, pemerintah dalam hal ini Kemenkokesra dan Kemenkes, menyatakan kesiapan Indonesia untuk meratifikasi FCTC pada masa pemerintahan SBY. "Namun sampai sisa waktu kurang dari 100 hari ini, belum juga ada tanda-tanda ratifikasi akan dilakukan," ujarnya.

Kalau sampai batas akhir kekuasaanya Presiden SBY tidak melakukan ratifikasi FCTC, kata Hery, patut disebut Pemerintahan SBY tidak berpihak terhadap perlindungan anak. Selain itu, pemerintah juga gagal melindungi anak dari zat adiktif rokok.

Hery menyatakan, FCTC tidak akan mematikan industri rokok atau petani tembakau. Malahan, FCTC bertujuan melindungi generasi masa kini dan masa datang dari akibat buruk konsumsi rokok dan paparan asap rokok terhadap kesehatan dengan pengaturan penjualan rokok dan pembatasan akses masyarakat terhadap produk rokok.

Absennya Indonesia dari bagian 177 negara yang telah meratifikasi FCTC, menurut dia, akan mengakibatkan negeri ini menjadi target pasar atau tujuan utama pemasaran industri rokok multinasional. Risikoanya adalah potensi rusaknya kesehatan generasi bangsa dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

"Selain itu juga akan terus meningkatkan konsumsi rokok di kalangan kelompok rentan terutama anak-anak, perempuan dan penduduk miskin," kata Hery.

Kalau hal itu terjadi, kata Hery, akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian terkait penyakit akibat konsumsi rokok. Dalam peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2014 ini, seru dia, sudah saatnya pemerintah menunjukkan keberpihakannya melindungi anak dari zat adiktif rokok dengan membuat kebijakan yang dapat mencegah anak menjadi perokok pemula.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement