Jumat 13 Jun 2014 07:30 WIB

Duh, Seks Pra-Nikah Remaja Semakin Tinggi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bilal Ramadhan
Stop seks bebas.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Stop seks bebas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia, Agustin Kusumayati mengatakan peningkatan kejadian hubungan seksual pranikah pada remaja usia 15-24 tahun terus meningkat. Tim Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2002, 2007, dan 2012 melakukan penelitian pada sampel remaja perempuan dan laki-laki pada rentang usia tersebut.

"Kebanyakan remaja yang melakukan seks pranikah umumnya tidak mengetahui kesehatan reproduksi, khususnya pengetahuan mengenai masa subur," ujar Agustin di Surabaya, Kamis (12/6).

Hal itu terbilang wajar sebab remaja usia tersebut belum waktunya menikah sehingga belum mengetahui masa suburnya. Akibatnya, risiko kehamilan dini kian tingi. Agustin mengatakan 8,3 persen remaja laki-laki dan satu persen remaja perempuan 15-24 tahun melakukan hubungan seks pranikah.

Berikutnya, 2,7 persen remaja usia 15-19 tahun dan 9,9 persen remaja usia 20-24 tahun melakukan hubungan seks pranikah. Di ASEAN, kata Agustin, Indonesia merupakan negara tertinggi kedua setelah Kamboja yang penduduknya melakukan pernikahan pada usia remaja. Jumlah tertinggi pernikahan usia 15-24 tahun terjadi di perkotaan.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal mengatakan jumlah remaja di Indonesia sudah mencapai 66,7 juta jiwa pada 2010 atau tiga hampir empat kali jumlah orang tua dan balita secara nasional. Pada 2020 nanti, jumlahnya akan meningkat menjadi 74 juta jiwa.

"Angka seks pranikah, HIV/AIDS, dan narkoba dari sisi persentase masih belum besar. Yang mencemaskan adalah grafiknya naik terus," ujar Jalal dijumpai Republika secara terpisah.

Seks pranikah memang masalah makro, namun pada level keluarga ini menjadi masalah luar biasa. Seks pranikah pada remaja bisa menjadi beban moral dan beban ekonomi bagu orang tua. Misalnya, orang tua harus menikahkan anaknya pada usia dini. Apalagi jika keluarga tersebut adalah keluarga miskin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement