Kamis 12 Jun 2014 16:33 WIB

Pacaran Tingkatkan Risiko Seks Pranikah pada Remaja

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Muhammad Hafil
Hindari pacaran berlebihan (ilustrasi)
Foto: Republika
Hindari pacaran berlebihan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia, Agustin Kusumayati memaparkan ada beberapa faktor penguat yang menyebabkan tingginya risiko seks pranikah pada remaja. Salah satunya adalah perilaku dalam berpacaran.

"Makin hot perilakunya, makin tinggi risikonya," ujar Agustin dalam Seminar Nasional Remaja Berkualitas, Indonesia Sejahtera di Surabaya, Kamis (12/6). 

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2002, 2007, dan 2012 dilakukan pada remaja kelompok usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Hasilnya, pada remaja 15-19 tahun, perilaku dalam berpacaran itu seperti kebiasaan berpegangan tangan (70 persen), aktivitas berciuman (48,2 persen), dan aktivitas saling merangsang (13,6 persen).

Pada kelompok usia 20-24 tahun, perilaku berpegangan tangan mencapai 88,5 persen, berikutnya aktivitas berciuman (29.5 persen) dan aktivitas saling meransang (31,1 persen). 

Sebanyak 21 persen remaja laki-laki dan dua persen remaja perempuan dalam studi memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sekitar 70 persen remaja terpapar terhadap semua jenis media, khususnya televisi. Sekitar 60 persen remaja terpapar informasi tentang HIV/AIDS.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal mengatakan totalitas remaja di Indonesia masih sangat baik. Remaja yang aktif dalam kegiatan positif harus bisa mengajak teman-temannya yang menyimpang untuk kembali ke jalan benar.

"Jika ada remaja yang sudah terlanjur melakukan hal-hal yang tak diinginkan, maka temannya bisa menjadi pendidik sebaya sehingga temannya bisa kembali ke jalan yang baik," ujar Fasli.

Ada juga rumah lain untuk mengarahkan remaja supaya lebih aktif memperkuat kemampuan dirinya ketimbang melakukan hal-hal yang bisa mengarahkan mereka ke seks pranikah. Di antaranya kehidupan beorganisasi di berbagai level pendidikan, seperti OSIS, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Palang Merah Remaja (PMR), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

BKKBN juga fokus melakukan pendidikan genre pada remaja SMP dan SMA serta sederajat. Fasli mengatakan pendidikan genre ini perlu ditingkatkan sampai ke level bawah, khususnya saat anak memasuki akil balig, yaitu 10 tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement