Kamis 05 Jun 2014 15:00 WIB

Jelang Puasa, BPOM Bidik Toko Makanan Online Palsu

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy A. Sparingga saat memberikan sambutannya pada konferensi pers di Pusat Kebudayaan Amerika, Jakarta, Rabu (26/2).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy A. Sparingga saat memberikan sambutannya pada konferensi pers di Pusat Kebudayaan Amerika, Jakarta, Rabu (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah,  Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terus melakukan sosialiasi kepada masyarakat agar waspada membeli produk obat dan makanan.

Kepala BPOM Roy Sparingga mengatakan, pihaknya terus menyosialisasikan efek negatif produk tanpa sertifikasi dari BPOM. Roy mengatakan, BPOM kini fokus dalam pengawasan obat dan makanan di pasar online.

''Pasar online jadi perhatian,'' kata dia, Kamis (5/6).

Menurut dia, BPOM tahun lalu menemukan 302 website yang menjual makanan dan obat palsu. Website tersebut langsung dilakukan pemblokiran agar tidak merugikan masyarakat ke depannya.

Roya melanjutkan, setelah dikalkulasikan, sebanyak Rp 7,5 miliar transaksi sudah dilakukan di pasar online yang menjual obat dan makanan palsu selama 2013.

Menurut Roy, ini merupakan fenomena gunung es karena masih banyak yang bertransaksi di online dan tidak memikirkan keaslian dari obat dan makanan tersebut.

Roy melihat kepada dampak kesehatan yang diterima masyarakat jika menggunakan produk yang sebenarnya tidak boleh diedarkan ke publik.

''Dampak kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan. Seperti bloger atau website yang menawarkan produk palsu, kenapa masyarakat masih mau membeli, butuh edukasi,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement