Ahad 01 Jun 2014 16:02 WIB

Bangunan Indonesia Belum Siap Hadapi Gempa

Gempa yang terjadi di Padang beberapa waktu lalu, ilustrasi
Gempa yang terjadi di Padang beberapa waktu lalu, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Dr Drajat Hoedajanto menyebutkan sebagian besar bangunan di Indonesia termasuk sejumlah proyek baru belum dipersiapkan untuk menghadapi gempa.

"Tentunya itu sangat riskan selain mengingat sejumlah daerah seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara rawan gempa juga melihat tren pembangunan yang mengarah ke atas (tinggi) dampak kesulitan dan mahalnya harga lahan," katanya di Medan seperti dikutip Antara, Ahad (1/6).

Dia berada di Medan menjadi pembicara Seminar Indonesia Siaga Gempa yang digelar HAKI Sumut 30-31 Mei dan sekaligus melakukan sertifikasi terhadap sejumlah kontraktor anggota HAKI.

Seminar yang diikuti diikuti hampir 400 orang peserta dari unsur pemerintah, akademisi, mahasiswa dan kalangan lainnya dilakukan untuk mengingatkan kembali perlunya pengawasan dan pembangunan gedung dengan??konstruksi yang tepat khususnya dalam menghadapi bencana gempa

Seminar yang menampilkan pembicara dari berbagai ahli itu juga dimaksudkan untuk menyebarkan hasil perkembangan teori, simulasi dan eksperimen di bidang rekayasa kegempaann dan aplikasinya kepada berbagai jenis struktur yang telah dan akan dibangun di wilayah??Indonesia.

Menurut Drajat Hoedajanto, masih banyaknya dan berlangsungnya bangunan yang belum siap dengan bencana gempa itu karena pihak pelaksana pembangunan masih mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia) Peraturan Gempa Indonesia Tahun 2002.

Padahal Pemerintah sudah mengeluarkan SNI Peraturan Gempa Indonesia Tahun 2012 dimana ada perubahan-perubahan penting yang mendasar untuk dipenuhi pembangun dalam pengerjaan bangunan.

"Belum lagi ada pengembang yang "nakal" seperti bahkan tak mengikuti SNI 2002. Harusnya pelaksanaan pembangunan itu diawasi dan HAKI siap membantu," katanya.

Ketua Panitia dan Seminar Indonesia Siaga Gempa itu, Berlin A Tampubolon menyebutkan, Indonesia yang merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yakni Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik,??Lempeng Eurasia dan Indo-Australia menyebabkan kawasan Indonesia banyak terdapat patahan-patahan aktif seperti patahan Semangko di Sumatera.

Dengan banyaknya patahan aktif , maka Indonesia sangat rentan mengalami gempa yang sangat merugikan dari segala sisi.

Dia menegaskan, mitigasi gempa menyangkut serangkaian upaya untuk mengurangi??risiko bencana gempa baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Selain memperhatikan konstruksi yang siaga gempa, hendaknya suatu konstruksi??yang meliputi asas yang berkelanjutan yakni "progress, people, planet, prosperity dan proficiency".

"Progress" adalah konsep inovatif dalam rancangan, integrasi bahan dan produksi, struktur bangunan, kulit bangunan dan instalasi dalam gedung.

Adapun "people" meliputi kontribusi terhadap pembentukan lingkungan dan nilai-nilai dalam masyarakat dan lainnya serta planet meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan.

Sementara yang dimaksud "prosperity" antara lain proyek mempertimbangkan kinerja ekonomi dan kesesuaiannya dan "proficiency" sendiri adalah dampak perbaikan terhadap kondisi yang ada dalam konteks alam dan buatan manusia.

"Gempa Chili yang cukup kuat belum lama ini, tetapi tidak menimbulkan korban besar seperti yang pernah terjadi??karena negara itu sebelumnya sudah mempersipkan keamanan gedungnya harus bisa menjadi pelajaran dan acuan semua pihak di Indonesia,"katanya.

Ketua HAKI Sumut, Simon Dertha yang didampingi Sekretaris HAKI Sumut, Lamsihar Pasaribu dan Bendahara, Martono Anggusti menyebutkan, untuk menerapkan pembangunan dengan konstruksi yang benar dan tepat, maka dinilai perlu kerja sama antara Pemerintah dan HAKI untuk bersama-sama mengawasi pembangunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement