Rabu 28 May 2014 21:45 WIB

Surya Paloh-Soekarwo ‘Provokasi’ Aktivis Mahasiswa Se-Indonesia di UMM

Surya Paloh dan Rektor UMM, Muhadjir Effendy
Foto: Istimewa
Surya Paloh dan Rektor UMM, Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersikap proaktif menyambut kontestasi politik yang sedang marak berlangsung. Mereka menginisiasi pertemuan BEM se-Nusantara untuk mengkaji geopolitik Indonesia 2014-2019. Pada pertemuan ini hadir Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrasi Surya Paloh.

Kegiatan yang berlangsung di UMM Dome selama empat hari mulai Senin hingga Kamis (26-29/5) dihadiri lebih dari 300 aktivis BEM dari 130 kampus negeri dan swasta se-Indonesia. Acara secara simbolis dibuka langsung oleh Gubernur ditemani Rektor UMM Dr Muhadjir Effendy MAP dan Presiden Mahasiswa UMM, Nasar.

Surya Paloh dalam sambutannya menyebut kaum muda sebagai inspirasi perubahan pada setiap momentum kebangsaan. Mulai dari pendirian Boedi Oetomo oleh mahasiswa Stovia pada 1908, Sumpah Pemuda pada 1928, peran angkatan muda 1945 yang dipimpin Chairul Saleh dan Soekarni pada peristiwa Rengasdengklok, pembentukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada 1966, hingga reformasi 1998, kata Surya, terlihat jelas bahwa gerakan kaum muda selalu melahirkan perubahan signifikan bagi bangsa ini.

 Untuk itu, Surya berharap, di tahun 2014 ini, kaum muda terus menjalankan tugas koreksinya. Hal itu dipandangnya sebagai keharusan, karena kaum muda-lah pusaran idealisme dan moralitas. “Apalagi, kita ini defisit negarawan, tapi inflasi politisi. Karena itu, stop inflasi politisi, lahirkan negarawan-negarawan baru,” tandas pemilik Media Group ini.

Sementara itu Soekarwo lebih banyak mengkritik ruang publik demokrasi agar lebih terbuka. Ia menilai, demokrasi yang hanya mengandalkan suara terbanyak dapat menggiring kita pada liberalisasi politik yang dapat meminggirkan suara-suara minor. “Coba bayangkan, jika ada sepuluh pemilih, yang sembilan gila dan hanya satu yang waras, maka sembilan itu yang akan menang. Inilah yang harus direm, nilai tidak bisa dikuantifikasi,” jelasnya.

Untuk mengurangi beban demokrasi yang terlampau bertitik tekan pada kuantitas, maka Soekarwo mungusulkan adanya rembug warga pada setiap persoalan. “Karena itu saya sangat mendukung acara ini. Ini adalah bentuk dialog terbuka yang bersifat partisipatoris, karena semuanya dilibatkan,” jelasnya.

Dalam sambutannya, Rektor UMM, Muhadjir Effendy meyakini, 20 tahun yang akan datang para peserta inilah yang akan memimpin bangsa Indonesia. “Kalian adalah pilihan dari yang terpilih, kalian adalah jaringan generasi muda yang akan menjadi eksemplar perubahan di masa depan,” tegasnya dalam siaran persnya yang kepada ROL, Rabu (28/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement