REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi tidak khawatir partainya ketinggalan dalam proses merajut koalisi. Menurut dia, pendekatan Gerindra ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terus mendekati babak final. Kedua partai, kata dia, semakin intensif bertemu yang diwakili tim kecil untuk membahas format koalisi permanen.
Pun dengan Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), pendekatan juga tidak berhenti dilakukan. "Kita dalam proses, hanya memang kecendeungannya semakin bagus," ujar Suhardi, Sabtu (3/5).
Selain dengan tiga partai berbasis massa Islam itu, menurut Suhardi, Gerindra juga ingin menggandeng Partai Golkar dan Hanura. Dua partai itu menunjukkan sinyal positif ketika ketua umumnya bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto.
Khusus untuk Golkar, dia berharap akan dihelat pertemuan lanjutan untuk penjajakan koalisi. Hal itu lantaran Golkar memiliki torehan sekitar 14,5 persen suara di pemilihan legislatif lalu.
Dia memprediksi, pembicaraan dengan partai berlambang beringin itu bakal berjalan alot. Pasalnya, mereka tidak akan mau menjadikan Aburizal Bakrie sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Kendati begitu, Gerindra tetap berusaha menyodorkan nama Prabowo sebagai calon presiden (capres). "Semoga bisa terealisasi," kata Suhardi.
Dia melanjutkan, lantaran belum secara resmi mengumumkan koalisi dengan parpol yang didekati maka pemilihan cawapres juga belum bisa dilakukan. Hal itu dilakukan sebagai upaya penghormatan Gerindra terhadap calon mitra koalisi.
Karena itu, siapapun pendamping Prabowo nantinya pasti akan terlebih dahulu mendapat persetujuan semua parpol yang bergabung dengan koalisi Gerindra. "Tidak elok memilih cawapres tanpa disetujui parpol koalisi. Jadi, ditunggu saja."