REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Meningkatnya aktivitas vulkanis Gunung Merapi, yang terpantau dalam tiga hari terakhir, bukan bagian dari siklus erupsi empat tahunan gunung ini.
Aktivitas gunung berapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY dalam beberapa hari terakhir merupakan fase letusan minor atau hembusan pascaerupsi 2010.
“Hal ini terjadi akibat tingginya pelepasan gas dari dalam perut Merapi,” jelas Kepala Balai Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandriyo, Kamis (1/5).
Namun, jelasnya, hal ini tetap harus diwaspadai. Sebab, proses pelepasan gas ini jamak diikuti oleh lontaran material berupa batu pijar dalam radius yang bervariasi.
Sehingga tetap membahayakan bagi berbagai aktivitas di sekitar puncak Gunung Merapi. “Makanya, status normal ditingkatkan menjadi waspada Merapi. Kami tak merekomndasikan pendakian Merapi untuk saat ini,” tambahnya.
Subandriyo menjelaskan aktivitas Gunung Merapi dalam tiga hari terakhir juga masih didominasi dengan munculnya suara gemuruh serta dentuman yang dipicu oleh letusan minor.
Dalam proses ini, yang berperanan penting adalah faktor tingginya pelepasan gas dari ‘dalam perut’ melalui pipa kepundan Gunung Merapi.
Terjadinya suara dentuman, jelas Subandrio, dalam perut Merapi terjadi turbulensi gas. Di mana di sana juga ada material batu lepas yang ikut dalam proses tersebut.