REPUBLIKA.CO.ID, M (5 tahun), siswa Taman Kanak-Kanak di Jakarta International School (JIS), mash trauma dengan tindak kekerasan seksual yang dialaminya. Parahnya kekerasan seksual ini malah terjadi di lingkungan sekolah yang seharusnya melindunginya saat sedang menempuh pendidikan di luar rumah.
Setelah kejadian itu, tiap malam, M selalu mengigau. "Jangan sakiti saya, jangan sentuh saya," begitu teriaknya. Kadangkala, kalimat itu keluar dari mulutnya dengan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia. Setelah dibangunkan oleh ibunya dan mengetahui mengigau. Ia lantas segera ingin tidur bersama ibunya. Kejadian itu selalu membuatnya ketakutan dan terus menghantui masa kanak-kanaknya yang seharusnya penuh warna.
Saat ini, anak itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Lebih banyak berada di lantai atas rumahnya, selalu merenung. Tidak ingin keluar rumah dan memilih jarang turun ke bawah untuk berkumpul bersama keluarga.
Anak itu pun tak pernah memakai celana, atau lebih tepatnya ketakutan untuk memakainya. Karena jika memakai celana, ia takut akan ada orang yang melakukan tindakan keji seperti kejadian waktu lalu yang menimpa dirinya.
Saat ini ia juga lebih banyak menunduk. Senyum riangnya kini menjadi seperti senyum yang tidak memiliki arti. Anak itu pun tak ingin berada di dekat orang lain, kecuali keluarganya. Seolah, dia memendam trauma yang mendalam.