REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menilai, peristiwa kekerasan seksual yang terjadi pada siswa TK di Jakarta International School (JIS) akibat lemahnya fungsi pengawasan. Menurut Jokowi, pengawasan harus dilakukan secara rutin di semua sekolah, termasuk sekolah swasta mahal sekelas JIS sekalipun.
"Kita ini sering kedodoran pengawasan lapangan di semua hal. Di Jakarta ini kan banyak sekali sekolah, baik yang ada di kampung maupun di kota. Semuanya sama, pengamanan harus diperketat," ujar gubernur yang juga calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut, Senin (21/4).
Jokowi menambahkan, setiap lembaga sebenarnya sudah memiliki petugas pengawas masing-masing. Hanya saja, kata dia, fungsi pengawasan kerap kali tidak maksimal lantaran petugasnya lebih senang duduk di kantor yang ber-AC. Padahal, kata Jokowi, tugas mereka harusnya keliling mengecek kondisi sekolah.
Selain menekankan pentingnya fungsi pengawasan, dia juga mengimbau kepada setiap sekolah agar lebih berhati-hati lagi dalam merekrut pegawai, mulai dari petugas kebersihan hingga petugas keamanan. Sebab, selama berada di sekolah, siswa tidak hanya berhubungan dengan guru saja, tetapi juga dengan pegawai sekolah lainnya.
Jokowi sendiri mengaku sangat kecewa dengan adanya peristiwa kekerasaan seksual yang menimpa bocah usia TK tersebut. Karenanya, dia berharap pelaku pencabulan mendapatkan hukuman yang setimpal. "Ini kan sudah masuk wilayah hukum. Hukum dengan seberat-beratnya," ujar mantan wali kota Solo tersebut.
Seperti diketahui, seorang siswa laki-laki berusia lima tahun disodomi oleh dua petugas kebersihan di sekolahnya. Dua pelaku kini sudah mendekam di penjara. Sementara, Polda Metro Jaya juga masih mendalami kasus ini untuk mengungkap kasus serupa yang diduga juga menimpa siswa lain di JIS.