Kamis 03 Apr 2014 22:09 WIB

ADB: Tiga Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi KTI

Asian Development Bank (ADB)
Foto: brecorder.com
Asian Development Bank (ADB)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Deputy Country Director and Senior Country Economist, Asian Development Bank (ADB) Indonesia Resident Mission, Edimon Ginting, PhD mengatakan, tiga faktor utama yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI).

"Ada tiga hal yang harus menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi KTI agar lebih optimal," kata Edimon pada seminar ekonomi yang digelar di Gedung Iptek, Universitas Hasanuddin, Makassar, Kamis.

Dia mengatakan, faktor yang pertama adalah menggali potensi daerah di KTI yang terdiri dari tiga bidang yakni kekayaan alam, budaya dan turis. Hal itu bercermin pada negara maju yang arus kunjungan wisatawan domestiknya berkembang dengan cepat.

Karena itu, dia mengimbau agar Sulsel dapat menjadi "leading" bagi daerah lainnya di KTI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih besar.

Faktor kedua, erat kaitannya dengan pendidikan. "Pendidikan sangatlah penting, karena terkait dengan sektor ketenagakerjaan. Saat ini masih disadari pendidikan tenaga kerja di Sulsel masih rendah, sehingga dengan perbaikan di sektor pendidikan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja yang berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sedang faktor ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah kebijakan pemerintah yang memberikan sikap keberpihakan untuk membuat ekonomi daerah lebih inklusif misalnya mendorong dana bantuan yang dikucurkan lembaga donor untuk pembangunan sarana infrastruktur, pendidikan dan kesehatan yang langsung menyentuh sasaran.

Sementara itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Hasanuddin, Makassar Prof Dr Hamid Paddu mengatakan, sebenarnya Sulsel mengukir prestasi dari segi pertumbuhan ekonominya yang mencapai lebih delapan persen atau selalu di atas rata-rata nasional.

Namun, nilai pertumbuhan ekonomi tersebut hanya disumbang dari beberapa daerah saja di Sulsel, di antaranya Kota Makassar dan Luwu Timur yang menyumbang sekitar 50 persen, sedang sisanya dari 22 kabupaten/kota di Sulsel.

"Itu artinya, terjadi ketimpangan, karena hanya segelintir daerah saja yang bertumbuh ekonominya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement