REPUBLIKA.CO.ID,SUBANG -- Petani pantura Subang, Jawa Barat, was-was memasuki masa tanam gadu pertama ini. Pasalnya, ketersediaan air di irigasi saat musim kemarau minim. Karena, air yang digelontorkan dari Waduk Jatiluhur melalui Tarum Timur itu, hilang di tengah jalan. Akibat, maraknya pencurian air oleh pelaku budidaya kolam ikan.
Wardono (26 tahun), petani asal Desa Rancamulya, Kecamatan Patokbeusi, mengatakan, sudah lama petani mengeluhkan soal ketersendatan air ini. Ternyata, setelah ditelusuri air yang mengalir dari Tarum Timur, habis di tengah jalan. Yaitu, untuk budidaya perikanan di wilayah hulu. "Sehingga, air tidak sampai ke hilir," ujarnya, Selasa (1/4).
Menurutnya, air yang dipakai untuk budidaya ikan kolam itu dinilai jor-joran. Sebab, air langsung dipompa dari irigasi. Kemudian, masuk ke kolam. Tapi, akhirnya di buang lagi. Air yang dibuang itu dinilai mubazir. Karena, dibuangnya tidak ke irigasi lagi.
Sehingga, air untuk pertanian berkurang. Dampaknya, setiap musim kemarau, petani di pantura ini kesulitan tanam. Karena, airnya terbatas. "Kami sudah laporkan kondisi ini ke dinas maupun PJT II Jatiluhur sebagai pengelola Tarum Timur. Tapi, belum ada tanggapan," ujarnya.
Tasimwoyo, Kepala Desa Rancamulya, membenarkan kondisi tersebut. Pihaknya meminta, supaya PJT menindak tegas oknum yang telah melakukan pencurian air tersebut. Sebab, jika kondisi ini dibiarkan petani akan merugi.
"Apalagi, sekarang memasuki musim gadu, pasti akan terjadi rebutan air antara petani dan pembudidaya ikan kolam," ujarnya.
Tapi, yang dirugikan petani. Sebab, posisi kolam-kolam ikan itu adanya di wilayah hulu. Sedangkan, pertanian adanya di hilir. Selain merugikan, rebutan air ini berdampak pada masa tanam mundur. Sehingga, sudah dipastikan masa panen juga akan mundur.