REPUBLIKA.CO.ID, PADANG-- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Ma'arif mengatakan di wilayah laut Sumatera Barat terdapat suatu energi yang terperangkap di bawah laut (megathrust), yang bila suatu saat muncul akan memicu tsunami di daratan.
Karena itu, masyarakat Sumatera Barat memerlukan upaya-upaya penguatan kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko di Sumatera Barat. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan menggelar latihan gabungan penanggulangan bencana internasional dengan tema Mentawai Megathrust Disaster Relief Exercise (MMDirex) 2014.
Ia mengatakan sasaran penyelenggaraan MMDirex ini adalah meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan melalui information sharing, meningkatkan kapasitas dan kerjasama kemitraan internasional, terujinya prosedur penerimaan bantuan asing (sipil dan militer) dan terujinya keterpaduan operasional antara sistem komando tanggap darurat dengan sistem/prosedur negara-negara lain.
Dalam praktik latihan gabungan, masyarakat ikut dilibatkan. Dengan begitu, diharapkan, masyarakat bisa lebih sadar bencana.
“Masyarakat menanggapi latihan ini seolah-olah akan terjadi besok, tapi kami terus menerus mengkomunikasikan bahwa kita tidak tahu kapan ini akan terjadi namun kita harus selalu siap setiap saat,” kata Syamsul, Jumat (21/3).
Dalam kesempatan itu, dibuat skenario terjadinya gempa bumi 8.9 skala Richter dan tsunami di wilayah Mentawai, Sumatera Barat yang terdapat kerentanan kondisi topografik, fasilitas dan infrastruktur terbatas untuk evakuasi.
Wilayah Sumatera Barat dinilai sangat beresiko karena sekitar 1.2 juta orang tinggal di provinsi ini dan separuh di antaranya berada di kota Padang. Dilukiskan warga di Pulau Mentawai hanya memiliki waktu 7-10 menit untuk menghindari bibir pantai dan 20-35 menit bagi warga Padang dengan tinggi gelombang 6-10 meter ke arah daratan sejauh 2-5 km.
“Yang menarik kegiatan ini dilaksanakan di empat tingkat, mulai dari kabupaten, provinsi, nasional dan internasional sehingga semua pihak yang terlibat mendapat gambaran akan masalah-masalah yang timbul di lapangan dan membutuhkan koordinasi lebih lanjut,” katanya.
Dalam latihan tersebut diperlihatkan masyarakat yang panik karena dikagetkan oleh pengumuman terjadinya tsunami. Latihan pun dilanjutkan dengan upaya-upaya penanggulangan bencana mulai dari foto udara, kehadiran 10 penerjun payung untuk membuka jalur komunikasi, dropping logistik dari udara, operasi Search and Rescue yang melibatkan kapal-kapal kecil dan helikopter, hingga fly pass helikopter milik Basarnas, BNPB dan TNI.
"Semuanya demi menunjukkan kesiapsiagaan menghadapi bencana," katanya.