REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai veteran pilpres yang berhasil pada 2004 dan 2009, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan para capres. Tak ada jaminan figur yang meraih angka tinggi pada survei saat ini bakal memenangi pilpres Juli mendatang.
Yudhoyono menjadikan kasus pilkada DKI Jakarta. Tiga bulan sebelum pilkada, Fauzi Bowo masih menggaet angka di atas 50 persen dalam survei. Namun, akhirnya ia kalah oleh Joko Widodo.
Demikian pula di Jatim. Suara Soekarwo sempat di atas 50 persen tiba bulan sebelum pilkada. Namun, saat pencoblosan, suara dia anjlok menjadi 47 persen dan Khofifah melonjak hingga mendapatkan 37 persen.
"Dalam satu setengah bulan ini, segala sesuatu bisa terjadi," ujar ketua umum Partai Demokrat itu saat bertemu para pemimpin redaksi, Senin (10/3).
Dengan begitu, katanya, tak satu orang calon pun terjamin sudah memiliki boarding pass untuk maju dalam pilpres. "Tidak akan ada partai yang dominan yang bisa menentukan segalanya."
Pekan lalu, pada acara serupa, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) mengatakan hanya dia dan Megawati dari PDIP yang sudah memiliki boarding pass untuk bertarung dalam pilpres.
Menurut SBY, peta pertarungan masih sangat cair. "Masih banyak kemungkinan," kata dia.
Artinya, nama yang menghiasi puncak-puncak pasar survei masih mungkin gagal. "Saya bukan peramal. Saya hanya berbagi sebagai pelaku dan pemimpin."