REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Boediono menilai ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara bukan dilihat dari banyaknya pusat perbelanjaan ataupun infrastruktur yang dibangun. Menurutnya, ukuran keberhasilan pembangunan justru terletak pada upaya menyiapkan generasi muda agar bisa menjawab tantangan di masa depan.
“Ukuran akhirnya, menurut saya, bukan mal yang bertambah banyak, bukan jalan yang bertambah berapa kali lipat, tapi pada sekolah-sekolah. Apakah sekolah itu sudah memadai atau tidak, sudah memenuhi standar apa tidak untuk menyiapkan anak-anak di daerah tersebut, untuk menjawab tantangan mereka di masa depan,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara rembuk nasional pendidikan dan kebudayaan tahun 2014, Kamis (6/3).
Selain sekolah, Wapres juga menyoroti tentang infrastruktur pendukung pendidikan lain yakni perpustakaan. Ia mengingatkan perpustakaan pun harus sama layaknya dengan sekolah-sekolah yang ada. Jangan sampai perpustakaan hanya berada di ibu kota provinsi ataupun kabupaten dan kota.
“Sudahkah kita punya perpustakaan yang mampu menjangkau anak-anak dan masyarakat? Menurut saya, itu kuncinya kalau kita percaya memang masa depan suatu bangsa tergantung pada kualitas manusia yang akan datang,” katanya.
Menurutnya, pembangunan ekonomi sekarang ini bukan berarti salah. Adanya geliat ekonomi seperti banyaknya pembangunan mal, perluasan infrastruktur, ataupun berkembangnya industri di berbagai daerah tetap diperlukan. Tetapi, hasil tersebut lebih untuk kepentingan generasi saat ini atau sasaran antara. Artinya, bukan tujuan akhir.
Akan lebih baik jika hasil pembangunan itu bisa dikelola untuk tujuan akhir yang lebih mulia yakni menyiapkan generasi di masa depan yang lebih baik dan berkualitas daripada sebelumnya. “Muaranya harus manusia Indonesia yang sudah pasti sejahtera, tetapi harus juga menjadi manusia yang berkualitas sehingga punya bekal untuk maju dan menjawab tantangan di zamannya,” katanya.