Rabu 05 Mar 2014 16:06 WIB

Oknum Guru SMP Kwandang Aniaya 25 Siswa

 Garis Polisi (ilustrasi)
Foto: Antara/Arif Pribadi
Garis Polisi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Oknum guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Kwandang, Desa Bualemo, Kabupaten Gorontalo Utara, berinisial GL dilaporkan orang tua karena diduga menganiaya 25 siswanya di luar jam belajar mengajar.

Salah satu orang tua siswa, Ramli Abbas, Rabu, mengaku, mereka melaporkan ulah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang berstatus guru abdi tersebut, karena secara anarkis menghantamkan pukulan menggunakan rotan di bagian paha depan, pinggang dan betis siswa dengan alasan tidak mengindahkan bel tanda apel siang.

"Laporan polisi sudah disampaikan di Kepolisian Sektor (Polsek) Kwandang, dilengkapi bukti visum 5 orang siswa kelas 9, termasuk putra saya," ujar Ramli.

Menurutnya, para siswa yang rata-rata bermukim di dusun Timbuale yang berjarak 2,5 kilo meter berjalan kaki menuju sekolah, mengalami trauma mendalam pasca kesakitan akibat penganiayaan tersebut, akibat kesakitan fisik dan batin, sebab harus berjalan kaki pulang sekolah dengan luka membekas.

"Saya sempat terpancing membalas perlakuan pak guru, sebab tidak hanya kesakitan namun isak tangis anak-anak tak terbendung selama perjalanan pulang sekolah akibat bekas pukulan yang membengkak dan membekas," ujar Ramli.

Balli, orang tua siswa lainnya, mengaku menyesali ulah guru yang tidak mampu mengontrol emosinya, padahal para siswa tidak melakukan kesalahan.

Sementara itu, ketua komite sekolah, Rahmat Lamadji, mengaku telah memediasi pertemuan antara orang tua murid, pihak sekolah dihadiri para pengawas serta seksi pendidikan dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) untuk mencarikan solusi agar kasus tersebut tidak menimbulkan konflik horisontal.

"Sebab para orang tua menolak keras aksi guru yang dinilai tidak pantas dan sangat mencoreng dunia pendidikan di daerah ini," ujar Rahmat.

Ia menjelaskan kronologis penganiayaan siswa sesuai laporan yang diterima, pada Selasa (4/3), diawali dengan bunyi tanda bel apel siang namun para siswa yang masih menerima pelajaran guru lainnya, terpaksa tidak mengikuti apel.

Tanpa koordinasi dengan guru kelas yang menambah jam mata pelajaran saat apel siang berlangsung, tiba-tiba GL datang memukuli satu persatu siswa menggunakan rotan.

Alhasil, para siswa ketakutan dan kesakitan bahkan beberapa diantaranya tak bisa pulang rumah akibat pukulan mengenai paha atas bagian depan, menyebabkan sakit dan memar.

Komite sekolah sengaja memediasi penyelesaian kasus yang telah berujung saling lapor di kepolisian tersebut, termasuk menyampaikan aspirasi orang tua yang tidak menginginkan pak guru ini kembali mengajar, agar mereka tidak ketakutan dan mampu mengikuti program tambahan belajar "pengayaan" jelang ujian nasional.

Kepada Antara, GL mengaku enggan berkomentar. "Maaf, saya harus segera pulang," ujarnya yang tidak ingin diwawancarai.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement