REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ketua Presidium "Indonesia Police Watch" (IPW) Neta S Pane mengharapkan agar Wakapolri yang baru harus mumpuni berkomunikasi untuk mendukung reformasi di tubuh kepolisian.
"Dia harus mau berkomunikasi dengan siapapun sehingga reformasi Polri dan paradigma baru Polri bisa segera terwujud," katanya.
Karakter Wakapolri yang terbuka untuk berkomunikasi menjadi sangat penting mengingat Polri harus mengawal Pemilu 2014.
"Tanpa sikap terbuka dan senantiasa mau berkomunikasi dengan berbagai pihak, Kapolri dan Wakapolri akan kedodoran menghadapi situasi keamanan dan ketertiban pada 2014." katanya.
Tantangan jangka pendek Polri adalah merawat rasa aman menjelang, saat dan setelah Pemilu 2014, ujarnya.
Hal ini, menurut Neta S Pane, tentu membutuhkan sinergitas Polri dengan semua pemangku kebijakan negara, terutama TNI.
Ia mengatakan sosok Wakapolri yang usianya lebih muda dibanding Kapolri Jenderal Pol Sutarman tentu akan memudahkan kerja sama antarkeduanya sehingga komunikasi dan koordinasi antara Kapolri dan Wakapolri tidak ada kesenjangan.
Kapolri Jenderal Pol Sutarman menunjuk Kepala Badan Pemeliharaan dan Keamanan Polri Komjen Pol Badrodin Haiti menjadi Wakapolri menggantikan Oegroseno yang memasuki masa pensiun per 28 Februari 2014.
"Semalam sudah saya jelaskan, jadinya Pak Badrodin Haiti," kata Sutarman usai melantik Kapolda Aceh Brigjen Pol Husein Hamidi di Jakarta, Jumat.
Dia menampik penunjukkan Badrodin akan mengganggu pengamanan Pemilu 2014 karena Badrodin merupakan Kepala Operasi Mantap Brata Pemilu 2014.
Badrodin Haiti lahir di Jember, Jawa Timur, 24 Juli 1958 dan alumni Akabri bagian kepolisian 1982.
Dia pernah menjabat Kapolda Banten, Kapolda Sulawesi Tengah, Kepolda Sumatera Utara dan Kapolda Jawa Timur