REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pasca erupsi Gunung Kelud diperkirakan ada 50 juta meter kubik material lahar yang berada di sekitar Gunung Kelud. Saat ini kondisi material lahar dingin telah jenuh air karena sudah tiga hari terakhir terkena hujan sehingga mudah menjadi banjir lahar dingin. Tentu saja 50 juta meter kubik tersebut tidak akan terjadi sekaligus. Tergantung dari hujan yang ada.
"Banjir lahar dingin memiliki sifat merusak. Banjir lahar juga memicu tingginya erosi di bantaran sungai yang dilalui banjir lahar," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kepada ROL, Rabu (19/2).
Tidak aneh seringkali pondasi jembatan pun roboh. Pada kemiringan lereng curam, mengalirnya banjir lahar ke arah dataran kaki gunung berlangsung sangat cepat. Daya kikis atau daya tumbuk arus banjir lahar terhadap tepi sungai akan semakin kuat.
Di sekitar Gunung Kelud telah dibangun sabo sabo dam yang mampu menampung 14,5 juta meter kubik. Sungai-sungai yang ada menampung 14 juta meter kubik, sehingga dam sabo dan sungai mampu menampung 28 juta meter kubik. Masyarakat diimbau selalu waspada. "Jauhi bantaran sungai saat banjir lahar dingin," imbuhnya.
Hujan deras pada Selasa (18/2) pukul 15.00 Wib di sekitar Gunung Kelud teleh menyebabkan banjir lahar dingin. Satu jam kemudian terjadi banjir lahar dingin di Sungai Konto di Kec Kandangan dan Sungai Serinjing di Kec Puncu, Kepung, dan Pare Kabupaten Malang. "Lahar dingin membawa material pasir, batu, dan kayu," jelas Sutopo.
Lima rumah dan satu mushola terendam banjir lahar dingin. Tidak ada korban dari banjir lahar. Di Kabupaten Malang, banjir lahar dingin terjadi di Sungai Sono dan Sungai Sambong. Akibatnya sebuah jembatan kecil putus yang menghubungkan antara Dusun Pait, Kutut, Klangon, Munjung, Sedawon dengan Desa Pandansari. Dua rumah hanyut. Dia menyatakan Belum ada laporan korban jiwa.