REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menlu Indonesia, Marty Natalegawa menanggapi kasus penyadapan Australia yang dibocorkan oleh mantan intelijen AS, Edward Snowden. Kasus ini justru membuatnya prihatin.
Karena isu tersebut mempengaruhi hubungan Indonesia dengan Australia. "Bagi Australia, Indonesia itu dianggap apa? Sahabat atau musuh?," kata Marty usai bertemu dengan Menlu AS John Kerry dalam kunjungannya ke Jakarta ini, Senin (17/2).
Menurut Marty, hubungan Indonesia dan Australia sempat dekat. Namun, hubungan itu tiba-tiba merenggang setelah isu penyadapan ini muncul.
"Tentunya bahwa tindakan-tindakan seperti ini tidak sesuai dengan semangat kemitraan kedua negara. Ingat sampai beberapa bulan yang lalu hubungan Indonesia-Australia sangat dekat. Tapi dalam sekejap hubungan itu berubah," jelasnya.
Ia menambahkan, penyebab dari merenggangnya hubungan kedua negara ini tidak berasal dari Indonesia. Justru Australia sendiri yang memicunya. Seperti isu penyadapan dan isu kapal suaka yang hendak menuju ke Australia.
Marty pun mengatakan tindakan Australia melakukan penyadapan itu berlebihan. "Jika Australia ingin tahu negosiasi Indonesia dengan AS, tinggal minta saja. Saya akan memberikannya," katanya.
Laporan penyadapan ini terkait aktivitas Australia yang menguping pembicaraan perusahaan hukum AS, Meyer Brown yang mewakili Indonesia dalam sengketa perdagangan pada 2013. Sengketa perdagangan yang terjadi saat itu yakni terkait impor rokok filter dan impor udang.
Dalam dokumen yang dibocorkan oleh mantan intelijen NSA Edward Snowden, Australia juga disebut telah membagi dokumen rahasia kepada AS terkait data enkripsi dari perusahaan telekomunikasi Indonesia, Indosat dan Telkomsel.
Pengungkapan terbaru ini muncul tiga bulan setelah masalah diplomatik antara Indonesia dan Australia. Yaitu ketika Australia telah menyadap telepon seluler Presiden SBY serta istrinya dan beberapa pejabat lainnya.