Ahad 16 Feb 2014 17:11 WIB

Hujan Batu dan Ketegangan Saat Gunung Kelud 'Batuk'

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Joko Sadewo
Abu vulkanik membumbung tinggi keluar dari Gunung Kelud terlihat di Desa Bladak, Blitar, Jatim, Jumat (14/2). (Antara/M Risyal Hidayat)
Abu vulkanik membumbung tinggi keluar dari Gunung Kelud terlihat di Desa Bladak, Blitar, Jatim, Jumat (14/2). (Antara/M Risyal Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, Pengendara sepeda motor menancap gas ketika melewati Desa Puncu, Dusun Laharpang, Kecamatan Puncu, Kediri, Jawa Timur. “Bahaya, gas beracun,” teriak pengendara itu, seperti dituturkan relawan Baitul Mal Hidayatullah (BMH), Indokhul Makmun, saat dihubungi, Ahad (16/2).

 

Indo tercengang mendengar teriakan itu. Sejenak dia lihat Gunung Kelud yang hanya berjarak tujuh KM dari desa itu. Tampak kepulan asap terus – menerus keluar dari kawah gunung. Dia semakin yakin gas beracun memang benar keluar.

 

Dia langsung menyalakan sirine mobil ambulan yang dikemudikannya. Ratusan warga yang masih nekat berada di rumah – rumah diimbaunya untuk segera meninggalkan desa. Masyarakat sempat ketakutan sehingga berusaha menyingkir dari desanya. Isu gas beracun ini didasari kasus salah satu warga yang mengalami sesak nafas setelah menghirup bau seperti belerang.

 

Isu gas beracun ini ternyata tidak benar. “Saya cek, ternyata tidak ada gas beracun,” jelas Indo. Namun demikian, isu ini membuat evakuasi warga berjalan maksimal. Warga yang biasanya masih nekat kembali ke rumah untuk memberi makan hewan ternak, langsung kembali ke posko pengungsian di Masjid an-Nur.

 

Tidak kurang dari dua jam dihabiskannya untuk menuju desa itu dari Masjid Annur, Pare, Kediri, tempat pengungsi berkumpul. Pertama kali sampai ke sana, dia sempat tercengang, karena desa itu berada di radius berbahaya. Anehnya, masih ada ratusan warga di sana.

 

Jalan di desa itu dipenuhi debu vulkanik. Tidak hanya itu, bebatuan sebesar kepalan tangan berserakan di jalanan dan atap – atap bangunan. Rumah yang semi permanen mengalami kerusakan cukup parah akibat hujan debu disertai batu.

 

Mobil yang dikemudikan Indo sempat kehilangan kendali akibat bebatuan yang membuat jalan desa ini tidak mulus. “Beberapa kali kehilangan keseimbangan, tapi Alhamdulillah masih selamat,” imbuhnya.  Warga mengemudikan sepeda motor dengan perlahan, karena khawatir motor melindas batu besar. Jika terlindas juga, maka tidak menutup kemungkinan akan jatuh.

 

Erupsi pertama Gunung Kelud mengakibatkan kerusakan parah. Rumah, sekolah dan masjid, rusak berat. Semua atapnya berlubang. Balai Desa Puncu ambruk. Padahal, itu adalah tempat pengungsian warga. Sekitar pukul 12 malam genting balai desa tersebut rontok hingga menyebabkan plafonnya jebol pada saat Kelud meletus.

 

Indo menyatakan warga yang semula mengungsi ke balai desa sedang asyik beristirahat. Tiba – tiba mendengar suara hujan batu yang menimpa atap desa. Satu per satu mereka bangun dari istirahat dan berjaga – jaga. “Suaranya cukup kencang, klotak…klotak,” papar Indo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement