Kamis 13 Feb 2014 17:50 WIB

Ustaz Hariri, Dari Aktivis PMII Jadi Dai

Rep: Djoko Suceno/ Red: Fernan Rahadi
Video Ustad Hariri ngamuk.
Foto: youtube.com
Video Ustad Hariri ngamuk.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nama Ustaz Hariri  tiba- tiba menjadi perbincangan. Sebelum dikenal sebagai ustaz dan pemain sinetron, Hariri merupakan seorang aktivis PMII  Kota Bandung.

Ayah dua anak kelahiran Cigondewah, Kabupaten Bandung, ini menamatkan sekolah tingkat atas di SMA 17 Kota Bandung. Setamat SMA, Hariri kuliah di Universitas Islam Negeri ( UIN) Sunan Gunung Djati, Kota Bandung mengambil Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Penyiaran  Islam.

Menurut Dedi Ismail, kawan seangkatan Hariri di UIN, sahabatnya itu lahir dari keluarga yang taat dengan agama Islam. Cigondewah, kata dia, merupakan wilayah yang dikenal dengan lingkungan pesantrennya.

Meski tak pernah menjadi santri di pondok pesantren, Hariri banyak diajarkan agama oleh orang tuanya, H Muhidin ( almarhum) dan Hj Aminah. "Dia dibesarkan di lingkungan Pondok Pesantren Sindang Resmi, Cogondewah. Saya tidak tahu apakah menjadi santri atau tidak," kata Dedi yang beda jurusan dengan Hariri.

Setelah lulus dari UIN tahun 2007, Hariri yang menikah dengan Ina Rizki dan dikaruniai dua anak yang masih balita, memilih menjadi pendakwah. Selain sebagai pendakwah, anak bungsu dari enam bersaudara ini juga menjadi bintang sinetron yang tayang di sejumlah televisi swasta nasional.

Aktivitasnya kini lebih banyak menjadi penceramah ke sejumlah tempat. Menurut Dedi, sejumlah wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, Sumatera, bahkan Cina telah didatanginya. "Dia diundang menjadi penceramah dari satu acara ke acara lainnya," kata dia.

Menurut Dedi, sahabatnya itu dikenal sebagai orang yang mudah bergaul. Bahkan lelaki berperawakan tinggi besar itu, kata dia, memiliki perkawanan yang cukup luas. Di kalangan aktivis Bandung, imbuh dia, Hariri dikenal sebagai orator ulung saat berunjuk rasa. "Dia merupakan aktivis yang dikenal baik oleh kawan- kawan," ujar dia.

H Asep ( 50 tahun), mertua Hariri, tak begitu mengenal dekat sosok sang ustaz. Asep yang tinggal di Jl Burujul, sekitar 200 meter dari rumah Hariri, mengaku hanya sesekali bertemu Hariri. Kalaupun bertemu, kata dia, ia jarang mengobrol dengan menantunya itu.

"Saya tidak begitu dekat dengan para mantu. Kalau pun bertemu jarang sekali ngobrol. Jadi saya tak tahu banyak soal mantu saya itu," ujar H Asep yang dikenal sebagai sosok orang kaya di daerahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement