REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ellya Rossa (54 tahun) tidak habis pikir. Keinginannya untuk sembuh dari penyakit justru harus membuatnya kehilangan uang puluhan juta.
Warga Sarua Indah, Pamulang, Ciputat, Tangerang Selatan tersebut mengaku baru pertama kali datang ke tempat praktik Guntur Bumi di Jalan Pinang Mas 1 Nomor XII A, Pondok Indah, Jakarta Selatan.
"Saya mentransfer uang Rp 11 juta kepada UGB, tapi penyakit saya belum sembuh juga," katanya saat menyambangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Selasa (11/3) sore.
Dia tertarik mencoba pengobatan alternatif yang dilakukan pria yang kerap disapa UGB itu setelah menonton tayangan iklan di layar televisi. Sebelum menyambangi lokasi praktik, ia terlebih dahulu menelepon untuk menanyakan biaya pendaftaran.
Suara di ujung telepon itu menyatakan ia cukup membayar biaya paket pengobatan sebesar Rp 500 ribu. Selebihnya, ia tidak dikenakan biaya tambahan lain. Dengan ditemani suaminya, dia kemudian mendatangi lokasi praktik pada 10 Februari 2013.
Dengan sabar ia menunggu giliran masuk. Ellya menunggu sejak siang hingga sesudah waktu shalat Ashar. Sembari menunggu, tangannya diolesi minyak wangi beberapa kali oleh staf Guntur Bumi.
Di dalam sebuah ruangan sempit dan gelap, ia masuk bersama sekitar tujuh pasien lainnya. Bahkan, mereka harus duduk berdesak-desakan saat di dalam ruangan itu.
Rupanya UGB telah menunggu mereka di dalam. Ellya merasa mereka diintimidasi oleh UGB. "Di dalam itu seperti di briefing. Dia (UGB) menceritakan ada seorang yang mampu berobat, tapi mengaku miskin, lalu kecelakaan dan meninggal," ujarnya dengan kesal.
Setelah itu, kepalanya dipegang oleh UGB. Kemudian keluar binatang belatung. UGB lantas menyatakan Ellya terkena santet. Saat itu, UGB sama sekali tidak menanyakan penyakit apa yang diderita Ellya.
UGB, menurut pengakuan Ellya, memintanya untuk membayar Rp 11 juta. Biaya tersebut termasuk untuk mengobati suami dan dua anaknya.
Tentu saja ia heran. Sebab, suaminya tidak sakit. Begitu juga dua anaknya. UGB terus menekannya untuk mentransfer uang. Seorang stafnya bahkan ikut di dalam mobilnya hingga sampai ke rumah untuk memastikan Ellya mentransfer uang.
"Di hati kecil saya ada perasaan seperti ditipu, tapi barang kali saya bisa sembuh. Masa sih ustaz menipu. Saya ingin sembuh. Jadi saya merasa dipengaruhi dia," kata Ellya yang saat itu ditemani suami dan cucunya.
Sebagai bagian dari pengobatan, Ellya diminta membeli kambing dan mengkhatamkan Alquran malam itu juga. Jika tidak khatam ia diminta untuk membayar ganti rugi satu juta rupiah.
"Dia itu seperti dukun. Sebenarnya bukan menipu ya, tapi kayak memeras orang. Jadi dia terus menekan harus bayar saat ini juga. Pintar memanipulasi," ujarnya yang selama tiga tahun terakhir menderita jantung dan lambung.
Jika tidak membayar, UGB mengatakan, sesampainya di rumah ia akan kembali dihantam oleh guna-guna. Dia mengatakan pasien bisa membayar dengan emas jika tidak memiliki uang tunai.
Ellya mengikuti perkembangan kasus UGB melalui televisi. Dia terkejut tiba-tiba muncul pemberitaan mengenai korban UGB. Dengan dorongan kakaknya dan pengalaman korban yang serupa dengannya, ia lantas melaporkan UGB ke MUI.
Kini, Ellya dan suaminya berharap uangnya bisa kembali. Sebab, uang tersebut sedianya akan digunakan untuk membayar utang.