REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Konvensi Capres Partai Demokrat Maftuh Basyuni dituding berada di balik penyerobotan tanah oleh PT AAT.
Kabid Sospol Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Ali Rasyid, Senin (10/3), menjelaskan pada Kamis (6/2) malam, sekelompok preman kiriman PT AAT menggembok paksa sekretariat PP GPII di Jalan Menteng 58.
Ini bukan kali pertama, pengerahan preman guna mengintimidasi pengurus PP GPII telah terjadi berkali-kali. Tanah seluas 5.600 meter persegi itu bukan hanya menjadi basis GPII, tapi juga Pelajar Islam Indonesia (PII) dan masih ada tanah milik warga.
Sebelum Muktamar GPII pada 19-21 Desember 2013, tanah Jalan Menteng 58 dijual secara diam-diam oleh oknum GPI, pecahan GPII. Meski tak bisa dipungkiri masih ada pihak-pihak yang tidak puas dengan terpilihnya Karman sebagai ketua GPII baru, kedua pihak kemudian sepakat untuk bersatu kembali menjadi GPII.
Sayang, ada oknum GPII yang kembali menggunakan nama GPI guna mempertahankan kontrak dengan PT AAT. Mediasi oknum GPI dan GPII sudah berulang kali dilakukan, tapi tidak menemukan jalan keluar.
GPII melihat Maftuh terlalu jauh ikut campur dalam urusan internal GPII. ''Mereka diiming-imingi uang agar kontrak berjalan. Ini memecah belah umat namanya,'' kata Ali.
PT AAT rencananya akan membangun kantor di sana, namun belum bisa dipastikan peruntukkannya. GPII atas nama Yayasan Kesejahteraan Pemuda Islam (Yakpi) sudah menempatai bangunan di Jalan Menteng 58 sejak 1955.
Berkas pengaduan tindakan PT AAT milik Maftuh telah disampaikan ke kepolisian.
Dalam aksi unjuk rasa yang digelar GPII di depan kantor Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat, Senin (10/2), mereka meminta Partai Demokrat memecat Maftuh Basyuni dari jabatan Ketua Konvensi Partai Demokrat.
Maftuh Basyuni juga dituntut untuk mengklarifikasi campur tangannya di internal GPII, menghentikan tindakan penyerobotan lahan dan dikecam atas tindak intimidasi menggunakan preman terhadap GPII.
Aksi yang diikuti sekitar 50 orang itu berlangsung dan berakhir damai. GPII berjanji masih akan terus menggelar aksi selama masih belum ada kejelasan dari Maftuh Basyuni.