Ahad 19 Jan 2014 15:10 WIB

Pengamat: Banjir Manado Bukan Hanya karena Alam

Rep: Andi Mohammad Ikhbal/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Sebuah mobil terbalik akibat terseret bajir di kawasan kantor Walikota Manado, Sulawesi Utara, Kamis (16/1).     (Antara/Fiqman Sunandar)
Sebuah mobil terbalik akibat terseret bajir di kawasan kantor Walikota Manado, Sulawesi Utara, Kamis (16/1). (Antara/Fiqman Sunandar)

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Musibah banjir dan longsor yang terjadi di Manado, Minahasa dan Minahasa Utara bukan hanya dikarenakan kondisi alam. Penggunaan lahan pada dua Daerah Aliran Sungai (DAS) diduga menjadi faktor lain penyebab munculnya bencana tersebut.

Pakar Geologi Lingkungan, Universitas Gajah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati mengatakan, titik longsor berada di lembah Sungai Pineleng, Gunung Lokon. Sebab, sebagian besar area di sana  sudah dimanfaatkan untuk lahan perkebunan.

“Berbeda dengan di DAS Gunung Klabat Mindanao, sebagian besar masih didominasi hutan lindung. Memang terjadi longsor, namun titiknya tidak separah di Pineleng,” kata Dwikorita saat dihubungi RoL, Ahad (19/1).

Dia menambahkan, untuk curah hujan di Pinelang berkisar 42 milimeter per hari, sedangkan Mindanao mencapai 215 milimeter per hari. Meski tidak terjadi longsor parah, namun kondisi tersebut menyebabkan terjadinya banjr di hilir.

Dengan intensitas hujan yang tinggi sekarang ini, Dwikorita memperkirakan, bisa saja terjadi banjir bandang disertai longsor yang lebih parah dari sebelumnya. Terlebih, kawasan tersebut dinilai sebagai daerah tektonik aktif.

“Sekitar 70 kilometer dari lokasi kejadian, merupakan pusat gempa. Meski getarannya kecil, yakni 4 skala richter, namun berpengaruh pada melemahnya tanah lereng bukit,” ujar dia.

Pihaknya akan merekomendasikan agar Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara bersama pemerintah daerah setempat segera melacak zona rawan longsor. Kemudian disiasati sistem rekayasa penahan reruntuhan. Dengan begitu, saat tanah di hulu tergerus air hujan, tidak langsung menimpa warga.

Kemudian, BMKG perlu bekerjasama dengan BPBD serta Dinas PU untuk melakukan pemantauan debit air dan curah hujan. Dia mengatakan, bila terjadi hujan mencapai 40 milimeter per hari, maka warga bantaran sungai diimbau untuk siaga.

“Daerah tersebut sangat berpotensi banjir bandang yang dahsyat, makanya perlu antisipasi dini,” ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement